Sasaran Audien : Guru dan Siswa
Media yang Digunakan : Tulisan Blog
Pendidikan yang memerdekakan tidak hanya menyangkut transfer pengetahuan, tetapi juga tentang keterlibatan siswa melalui literasi dalam arti yang luas. Literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman mendalam tentang dunia, kritis berpikir, dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif.
Dalam konteks pendidikan yang memerdekakan, literasi memainkan peran kunci dalam membuka pintu akses ke pengetahuan, pemahaman, dan pemberdayaan diri. Lingkungan belajar yang berpihak pada murid memfasilitasi pengembangan literasi yang holistik, yang melibatkan kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, serta memahami dan menganalisis informasi dari berbagai sumber.
Pendekatan Pembelajaran Merdeka Berbasis Literasi
Pendekatan pembelajaran berbasis literasi menekankan pada integrasi keterampilan literasi ke dalam seluruh kurikulum dan aktivitas pembelajaran. Misalnya, dalam pembelajaran ilmu pengetahuan, murid tidak hanya belajar untuk memahami konsep-konsep ilmiah, tetapi juga untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka secara efektif melalui tulisan, presentasi, atau diskusi. Demikian pula, dalam pembelajaran sejarah, murid tidak hanya menghafal fakta-fakta, tetapi juga belajar untuk menganalisis berbagai perspektif dan menyusun argumen yang didukung bukti.
Pendidikan yang memerdekakan melalui literasi juga mengakui pentingnya literasi digital dalam era informasi saat ini. Murid diajarkan untuk menjadi konsumen yang kritis terhadap informasi yang mereka temui di media sosial dan internet, serta untuk menjadi produsen konten yang bertanggung jawab dan beretika. Mereka belajar untuk menggunakan teknologi dengan bijak untuk mendukung pembelajaran, berkolaborasi dengan rekan sejawat, dan berbagi pengetahuan dengan komunitas yang lebih luas.
Dalam konteks nilai-nilai Pancasila, pendidikan yang memerdekakan melalui literasi membantu memperkuat prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan persatuan. Dengan mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi, murid dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses demokratis dan memperjuangkan keadilan sosial. Mereka juga belajar untuk menghargai keragaman pendapat dan memahami bahwa persatuan dalam keberagaman adalah kekuatan bangsa.
Literasi Membangun Karakter
Dalam pembentukan karakter Pelajar Pancasila, literasi berperan penting dalam membentuk sikap etis, empati, dan kepedulian sosial. Melalui membaca dan mendengarkan cerita tentang pengalaman orang lain, murid belajar untuk mengembangkan empati dan memahami perspektif yang berbeda-beda. Mereka juga belajar untuk menggunakan kekuatan kata-kata untuk menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Dengan demikian, pendidikan yang memerdekakan melalui literasi bukan hanya tentang mengembangkan keterampilan teknis, tetapi juga tentang membentuk karakter dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan bermasyarakat. Ini adalah panggilan untuk semua pemangku kepentingan dalam pendidikan untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang memfasilitasi pengembangan literasi yang holistik, sehingga setiap murid dapat menjadi pembelajar yang terampil, kritis, dan bertanggung jawab.
Aksi Nyata Literasi sebagai Pondasi Pembelajaran yang Memerdekakan
One Class One Book
One Class One Book adalah tindak lanjut dari program Pendidikan Guru Penggerak yang saya rencakan, dan bisa dijadikan sarana sebagai praktik baik dalam pendampingan calon guru penggerak nanti. Program sudah berjalan di tahun kedua. Teknis dalam program ini ialah masing-masing siswa menulis sesuatu yang berkaitan dengan keresahan mereka. Ini berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia, serta penelitian yang menerangkan bahwa menulis salah satu cara untuk sarana stress release. Dalam proses menulis ini berdasarkan pengalaman mereka lalu saya melaksanakan coaching sebagai sarana “menggali” potensi tulisan yang mereka miliki. Program ini mendapatkan apresiasi dari siswa yang merasa keresahan mereka mengup ketika menuliskan hal itu. Selain itu program yang saya lakukan mendapatkan liputan dari media dan terbit di majalah “Sekolah Juara,”.
Menulis Bersama Antologi Cerpen “Pilu Biru”
Jika program One Class One Book tidak melibatkan penerbit, tetapi mereka menerbitkan sendiri. Program menulis antologi cerpen “Pilu Biru,” memupuk kepempinan siswa dikarenakan dari mulai merancang tulisan, editing, hingga membuat cover dilakukan oleh siswa, saya berperan memfasilitasi siswa dengan penerbitan, bahkan antologi pilu biru ini sudah bisa dibeli secara online di link sebagai berikut :
https://www.palaraymedia.com/2023/11/14/pilu-biru/
Writerprenuer Literasi melalui Web Literasicikal.my.id
Siswa zaman sekarang tidak bisa lepas dari gawainya, dilandaskan hal ini saya beserta siswa membuat website literasi yang menampung tulisan siswa. Di web ini mewadahi tulisan siswa dari berbagai wacana genre, dan dijadikan sarana mengarsipan tugas yang sudah dikerjakan oleh siswa, sekaligus bentuk literasi digital yang penting dikenalkan sejak dini.
Tak hanya sebagai sarana mengapresiakan diri, website ini dikelola oleh tim literasi sebagai cara berdaya lewat tulisan atau istilah kekiniannya Writerpreneur. Hal ini memfasilitasi siswa sebagai sarana latihan bahwa dunia kerja sekarang tidak terbatas pada dunia fisik saja, tetapi dunia digital pun sangat berpotensi menghasilkan sesuatu.
Program Literasi yang Memerdekakan Selama Pembekalan CPP dan Setelahnya
Selama mengikuti pendalaman calon pengajar praktik (CPP), saya memahami konteks literasi menjadi sebuah kemampuan dalam memahami kebutuhan siswa, hal yang harus dikembangkan, dan bagaimana menfasilitasi mereka agar "tumbuh" dengan potensi yang luarbiasa. Ke depannya aksi nyata yang saya buat terkait literasi sebagai sarana memerdekakan bisa dijadikan praktik baik untuk calon guru penggerak, dan membersamainya dalam mengembangkan hal yang berkaitan dengan program sekolahnya, tentu dengan memerhatikan kebutuhan, dan poteni sekolahnya.
Post a Comment