Apa yang terlintas dipikiran teman-teman ketika mendengar kata wakaf ? Pasti kebanyakan yang terlintas di kepala, wakaf hanya bagi orang kaya karena perlu uang ratusan bahkan miliaran untuk melakukan wakaf. Jangankan uang ratusan juta tanggal 15 aja bingung makan apa ? Itu sih suara hati saya hehe.
Setelah mendengar pemaparan tim dompet dhuafa persepsi saya tentang wakaf berubah 180 derajat. Kenapa bisa begitu ? Saya akan ceritakan mendetail dari awal diundang tim dompet dhuafa untuk mengunjungi kebun argoindustri di daerah Subang.
Saya dan istri diundang untuk seeing and visiting secara langsung bagaimana program wakaf produktif yang dijalankan oleh dompet dhuafa, duh berasa honeymoon lagi, soalnya di sana nuansanya enak banget untuk dijadikan wisata alam berbasis pertanian dan perkebunan.
Lokasi perkebunan argoindustri yang dikelola dompet dhuafa ini berada di kabupaten Subang, sekitar 2-3 jam dari pusat kota Bandung. Jalan menuju ke sana menurun dan menanjak namun dibalik perjalanan itu kita bisa menikmati maha karya Tuhan yang begitu indah.
Saya bersama istri sampai 30 menit lebih awal daripada rombongan blogger lainnya, soalnya saya mengendarai motor, sedangkan teman-teman lainnya berangkat dengan mobil elf. Sebenarnya tim dompet dhuafa berbaik hati menyediakan 2 elf untuk transportasi ke Subang, namun karena titik temunya jauh dari rumah, saya lebih memilih langsung ke lokasi.
Sesampainya di sana, saya langsung berkenalan dengan beberapa orang dari dompet dhuafa yang sedang mempersiapkan acara. Kemudian seperti biasa mengambil foto di lahan perkebunan buah naga, btw saya baru tahu pohon buah naga bentuknya seperti itu.
30 menit berselang teman-teman blogger lainnya tiba. Mereka dan tentu juga saya langsung disambut oleh jus nanas yang merupakan hasil sekaligus olahan kebun agroindustri ini. Disuguhkan pula berbagai hasil panen dari perkebunan.
Selanjutnya penjelasan program "Wake Up Wakaf" yang dipaparkan oleh pembicara
Pak Bobby P. Manulang sebagai GM Wakaf Dompet Dhuafa dan Pak Kamaludin
Manajer Program Ekonomi. Hal yang menarik Dompet Dhuafa tidak hanya terfokus pada wakaf mainstream seperti masjid, madrasah, dan makam, tetapi punya juga program wakaf produktif yang bergerak pada bidang pertanian peternakan, dan rumah industri nanas.
Loh kok bisa wakaf berupa pertanian dan peternakan ? Bisa dong bahkan sahabat nabi yang terkenal dengan kelembutan dan kedermawanannya yaitu Utsman Bin Affan RA pernah berwakaf produktif. Saat itu kaum muslimin berhijrah ke Madinah, saat itu jumlah umat islam semakin banyak, namun di sisi lain persediaan air bersih semakin berkurang hanya mengandalkan sumur.
Di sisi lain sumur terbesar dimiliki oleh seorang Yahudi, oleh umat Islam sumur itu hendak dibeli, namun pemiliknya memasang harga yang begitu tinggi, tak tinggal diam Utsman di Affan punya strategi untuk menawarkan pemiliknya sistem sewa. Mekanisme, pemilik dan penyewa akan menggunakan sumur tersebut bergantian setiap harinya. Skema ini berhasil dijalakan. Umat Islam secara tertib teratur menggunakan sumur tersebut. Karena merasa rugi, pemiliknya menjual sumur tersebut 20.000 dirham.
Wakaf sumur Ustman terus berkembang. Oleh pemerintah Ustmaniyah, wakaf Ustman dijaga dan dikembangkan. Perawatan wakaf Ustman ini dilanjutkan Kerajaan Saudi. Alhasil, dikebun tersebut tumbuh skeitar 1550 pohon kurma. Kerajaan Arab melalui kementerian Pertanian mengelola hasil kebun wakaf Utsman. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnta dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin lalu separuhnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan.
Rekening atas nama Utsman bin Affan dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dengan begitu ‘kekayaan’ Utsman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah sampai pad aakhirnya digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi. Diatas tanah itulah hotel Utsman bin Affam dibangun dari uang rekeningnya, tepat disamping Majsid yang juga atas nama Utsman bin Affan. ( Disarikan dari berbagai sumber)
Tak terbayang pahala jariah yang didapatkan oleh Utsman Bin Affan, karena sesuai dengan hadist Nabi Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Berdasarkan cerita dan hadist tersebut semakin membuat tertarik untuk berwakaf.
"Eh eh tapikan untuk berwakaf perlu uang yang banyak, saya bukan Utsman Bin Affan yang memiliki kekayaan melimpah," tenang-tenang seperti pada paragraf awal, Dompet Dhuafa membuka mata saya bahwa berwakaf tak hanya untuk orang kaya. Bersama Dompet Dhuafa kita bisa berwakaf hanya dengan nominal mulai dari 10 ribu, duh menarik bukan berwakaf seharga sekali makan bubur ayam
Lalu bagaimana caranya berwakaf dengan nominal sekecil itu ? Tenang caranya semudah berbelanja online tinggal klik https://donasi.tabungwakaf.com/ lalu pilih mau berwakaf untuk rumah sakit, sekolah atau perkebunan produkti yang saya jelaskan dalam tulisan ini.
Sumber foto : donasi.tabungwakaf.com
Setelahnya tinggal masukan nominal wakaf minimal 10 ribu rupiah lalu isi data diri dan transfer, setelah itu selesai deh. Banyak yang terbantu loh dengan program tabung wakaf dari Domper Dhuafa ini, ada seorang Ibu yang kembali melihat, ada seorang pemuda yang menjadi sarjana, ada puluhan petani yang merasa terbantu karena di kebun agrobisnis Subang, dompet dhuafa berkolaborasi dengan petani dan warga sekitar, dengan menyediakan lahan, pengelolaan hingga tempat pengolahan berupa rumah industri nanas yang nantinya akan menyerap pekerja sekitar.
Sumber foto : donasi.tabungwakaf.com
Rumah industri nanas yang akan menyerap tenaga kerja warga sekitar
Yuk tak perlu pikir panjang, tinggal berwakaf demi membantu mereka di dunia, sekaligus kelak akan membantu kita di akhirat.
Setelah mendengar pemaparan tim dompet dhuafa persepsi saya tentang wakaf berubah 180 derajat. Kenapa bisa begitu ? Saya akan ceritakan mendetail dari awal diundang tim dompet dhuafa untuk mengunjungi kebun argoindustri di daerah Subang.
Saya dan istri diundang untuk seeing and visiting secara langsung bagaimana program wakaf produktif yang dijalankan oleh dompet dhuafa, duh berasa honeymoon lagi, soalnya di sana nuansanya enak banget untuk dijadikan wisata alam berbasis pertanian dan perkebunan.
Lokasi perkebunan argoindustri yang dikelola dompet dhuafa ini berada di kabupaten Subang, sekitar 2-3 jam dari pusat kota Bandung. Jalan menuju ke sana menurun dan menanjak namun dibalik perjalanan itu kita bisa menikmati maha karya Tuhan yang begitu indah.
Saya bersama istri sampai 30 menit lebih awal daripada rombongan blogger lainnya, soalnya saya mengendarai motor, sedangkan teman-teman lainnya berangkat dengan mobil elf. Sebenarnya tim dompet dhuafa berbaik hati menyediakan 2 elf untuk transportasi ke Subang, namun karena titik temunya jauh dari rumah, saya lebih memilih langsung ke lokasi.
Sesampainya di sana, saya langsung berkenalan dengan beberapa orang dari dompet dhuafa yang sedang mempersiapkan acara. Kemudian seperti biasa mengambil foto di lahan perkebunan buah naga, btw saya baru tahu pohon buah naga bentuknya seperti itu.
30 menit berselang teman-teman blogger lainnya tiba. Mereka dan tentu juga saya langsung disambut oleh jus nanas yang merupakan hasil sekaligus olahan kebun agroindustri ini. Disuguhkan pula berbagai hasil panen dari perkebunan.
Selanjutnya penjelasan program "Wake Up Wakaf" yang dipaparkan oleh pembicara
Pak Bobby P. Manulang sebagai GM Wakaf Dompet Dhuafa dan Pak Kamaludin
Manajer Program Ekonomi. Hal yang menarik Dompet Dhuafa tidak hanya terfokus pada wakaf mainstream seperti masjid, madrasah, dan makam, tetapi punya juga program wakaf produktif yang bergerak pada bidang pertanian peternakan, dan rumah industri nanas.
Loh kok bisa wakaf berupa pertanian dan peternakan ? Bisa dong bahkan sahabat nabi yang terkenal dengan kelembutan dan kedermawanannya yaitu Utsman Bin Affan RA pernah berwakaf produktif. Saat itu kaum muslimin berhijrah ke Madinah, saat itu jumlah umat islam semakin banyak, namun di sisi lain persediaan air bersih semakin berkurang hanya mengandalkan sumur.
Di sisi lain sumur terbesar dimiliki oleh seorang Yahudi, oleh umat Islam sumur itu hendak dibeli, namun pemiliknya memasang harga yang begitu tinggi, tak tinggal diam Utsman di Affan punya strategi untuk menawarkan pemiliknya sistem sewa. Mekanisme, pemilik dan penyewa akan menggunakan sumur tersebut bergantian setiap harinya. Skema ini berhasil dijalakan. Umat Islam secara tertib teratur menggunakan sumur tersebut. Karena merasa rugi, pemiliknya menjual sumur tersebut 20.000 dirham.
Wakaf sumur Ustman terus berkembang. Oleh pemerintah Ustmaniyah, wakaf Ustman dijaga dan dikembangkan. Perawatan wakaf Ustman ini dilanjutkan Kerajaan Saudi. Alhasil, dikebun tersebut tumbuh skeitar 1550 pohon kurma. Kerajaan Arab melalui kementerian Pertanian mengelola hasil kebun wakaf Utsman. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnta dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin lalu separuhnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan.
Rekening atas nama Utsman bin Affan dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dengan begitu ‘kekayaan’ Utsman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah sampai pad aakhirnya digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi. Diatas tanah itulah hotel Utsman bin Affam dibangun dari uang rekeningnya, tepat disamping Majsid yang juga atas nama Utsman bin Affan. ( Disarikan dari berbagai sumber)
Tak terbayang pahala jariah yang didapatkan oleh Utsman Bin Affan, karena sesuai dengan hadist Nabi Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Berdasarkan cerita dan hadist tersebut semakin membuat tertarik untuk berwakaf.
"Eh eh tapikan untuk berwakaf perlu uang yang banyak, saya bukan Utsman Bin Affan yang memiliki kekayaan melimpah," tenang-tenang seperti pada paragraf awal, Dompet Dhuafa membuka mata saya bahwa berwakaf tak hanya untuk orang kaya. Bersama Dompet Dhuafa kita bisa berwakaf hanya dengan nominal mulai dari 10 ribu, duh menarik bukan berwakaf seharga sekali makan bubur ayam
Lalu bagaimana caranya berwakaf dengan nominal sekecil itu ? Tenang caranya semudah berbelanja online tinggal klik https://donasi.tabungwakaf.com/ lalu pilih mau berwakaf untuk rumah sakit, sekolah atau perkebunan produkti yang saya jelaskan dalam tulisan ini.
Sumber foto : donasi.tabungwakaf.com
Setelahnya tinggal masukan nominal wakaf minimal 10 ribu rupiah lalu isi data diri dan transfer, setelah itu selesai deh. Banyak yang terbantu loh dengan program tabung wakaf dari Domper Dhuafa ini, ada seorang Ibu yang kembali melihat, ada seorang pemuda yang menjadi sarjana, ada puluhan petani yang merasa terbantu karena di kebun agrobisnis Subang, dompet dhuafa berkolaborasi dengan petani dan warga sekitar, dengan menyediakan lahan, pengelolaan hingga tempat pengolahan berupa rumah industri nanas yang nantinya akan menyerap pekerja sekitar.
Sumber foto : donasi.tabungwakaf.com
Rumah industri nanas yang akan menyerap tenaga kerja warga sekitar
Yuk tak perlu pikir panjang, tinggal berwakaf demi membantu mereka di dunia, sekaligus kelak akan membantu kita di akhirat.
Post a Comment