Sumber foto : Pixabay.com
Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata "Koperasi" ? pasti beragam dimulai dari sebuah tempat berjualan berbagai kebutuhan sampai lembaga tempat simpan pinjam uang konvensional. Padahal menurut Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Hatta "Ekonomi kerakyatan Indonesia harus bersendi pada Koperasi, yakni rakyat belajar berdiri sendiri.
Belajar dari sejarah koperasi pada awalnya dimulai pada abad ke-20 . Pada umumnya sejarah koperasi dimulai dari hasil usaha kecil yang spontan dan dilakukan oleh rakyat kecil. Kemampuan ekonomi yang rendah mendorong para usaha kecil untuk terlepas dari penderitaan .Secara spontan mereka ingin mengubah hidupnya.
Di Indonesia ide - ide perkoperasian diperkenalkan oleh, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 yang mendirikan sebuah Bank untuk para Pegawai Negeri. Karena semangat yang tinggi perkoperasian pun selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.
Pada tahun 1908, Dr.Sutomo mendirikan Budi Utomo . Dr Sutomo sangat memiliki peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki dan mensejahtrakan kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan-peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev.
Belajar dari sejarah tersebut awal mula lahirnya koperasi atas dasar ingin terlepas dari penderitaan, pendahulu kita yakin dengan bekerja sama rakyat bisa mensejahtrakan dirinya, namun di era kekinian koperasi menghadapi beragam tantangan khususnya untuk menggaet generasi milenial.
Generasi milenial yang lahir dan tumbuh dengan berbagai gawai serta derasnya alur informasi di media sosial, cenderung kurang tertarik dengan koperasi karena dianggap kurang efisien dan konvesional. Generasi milenial terbiasa dengan berbagai kemudahan, ketika bertransasksi diupaya hanya tinggal menggerakan jarinya.
Digitalisasi koperasi menjadi rebranding yang harus dilakukan, tentu dengan pengetahuan serta daya kreatif dari generasi milenial agar cita-cita luhur dari Bung Hatta bahwa koperasi adalah media bagi rakyat untuk belajar berdiri di kakinya sendiri, adapun hal-hal yang perlu menjadi konsen koperasi agar bisa menggaet generasi muda yaitu :
1. Memanfaatkan Teknologi
Generasi milenial erat sekali dengan gawai yang dimilikinya. Hampir seharian mereka bersama gawainya, guna mendekatkan generasi milenial dan koperasi, perlu adanya aplikasi yang mudah digunakan oleh generasi milenial, selain itu aplikasi yang memiliki customer service yang menanggapi keluhan 24 jam/hari. Dengan itu rasa nyaman generasi milenial akan tercipta.
2. Mengadakan Acara yang Menarik
Generasi milenial sangat hobi mengabadikan setiap momen dalam hidupnya, begitu ada tempat yang unik untuk difoto mereka akan berbondong-bondong ke sana. Korelasinya koperasi perlu mengadakan acara/event yang mampi menarik hati generasi milenial. Selain disisipi dengan edukasi tentang koperasi, adanya penampilan-penampilan idola mereka akan menarik untuk kedatangan mereka.
3. Pelatigan untuk Pengelola Koperasi
Peran sumber daya manusia yang terampil adalah pondasi bagi koperasi untuk menggaet hati milenial. Pelayanan ramah dan tanggap menjadi plus tersendiri bagi generasi milenial agar mereka mau bergabung dengan koperasi. Jangan sampai paradigma pengeloaan koperasi menjadi lelet dan kurang ramah dengan mereka tercipta.
Perlu adanya pelatihan mengenai pengelolaan koperasi yang kekinian untuk generasi milenial agar mereka berminat sekaligus nyaman ketika bergabung dengan koperasi. Hal-hal di atas ialah titik tolak untuk menyongsong koperasi di era milenial yang tidak kalah dengan fintech-fintech lainnya dalam menyasar pasar generasi milenial.
Semoga kita bisa mengwujudkan cita-cita luhur Bung Hatta dengan menjadikan koperasi sebagai media untuk berdiri di atas kaki sendiri
Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata "Koperasi" ? pasti beragam dimulai dari sebuah tempat berjualan berbagai kebutuhan sampai lembaga tempat simpan pinjam uang konvensional. Padahal menurut Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Hatta "Ekonomi kerakyatan Indonesia harus bersendi pada Koperasi, yakni rakyat belajar berdiri sendiri.
Belajar dari sejarah koperasi pada awalnya dimulai pada abad ke-20 . Pada umumnya sejarah koperasi dimulai dari hasil usaha kecil yang spontan dan dilakukan oleh rakyat kecil. Kemampuan ekonomi yang rendah mendorong para usaha kecil untuk terlepas dari penderitaan .Secara spontan mereka ingin mengubah hidupnya.
Di Indonesia ide - ide perkoperasian diperkenalkan oleh, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 yang mendirikan sebuah Bank untuk para Pegawai Negeri. Karena semangat yang tinggi perkoperasian pun selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.
Pada tahun 1908, Dr.Sutomo mendirikan Budi Utomo . Dr Sutomo sangat memiliki peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki dan mensejahtrakan kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan-peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev.
Belajar dari sejarah tersebut awal mula lahirnya koperasi atas dasar ingin terlepas dari penderitaan, pendahulu kita yakin dengan bekerja sama rakyat bisa mensejahtrakan dirinya, namun di era kekinian koperasi menghadapi beragam tantangan khususnya untuk menggaet generasi milenial.
Generasi milenial yang lahir dan tumbuh dengan berbagai gawai serta derasnya alur informasi di media sosial, cenderung kurang tertarik dengan koperasi karena dianggap kurang efisien dan konvesional. Generasi milenial terbiasa dengan berbagai kemudahan, ketika bertransasksi diupaya hanya tinggal menggerakan jarinya.
Digitalisasi koperasi menjadi rebranding yang harus dilakukan, tentu dengan pengetahuan serta daya kreatif dari generasi milenial agar cita-cita luhur dari Bung Hatta bahwa koperasi adalah media bagi rakyat untuk belajar berdiri di kakinya sendiri, adapun hal-hal yang perlu menjadi konsen koperasi agar bisa menggaet generasi muda yaitu :
1. Memanfaatkan Teknologi
Generasi milenial erat sekali dengan gawai yang dimilikinya. Hampir seharian mereka bersama gawainya, guna mendekatkan generasi milenial dan koperasi, perlu adanya aplikasi yang mudah digunakan oleh generasi milenial, selain itu aplikasi yang memiliki customer service yang menanggapi keluhan 24 jam/hari. Dengan itu rasa nyaman generasi milenial akan tercipta.
2. Mengadakan Acara yang Menarik
Generasi milenial sangat hobi mengabadikan setiap momen dalam hidupnya, begitu ada tempat yang unik untuk difoto mereka akan berbondong-bondong ke sana. Korelasinya koperasi perlu mengadakan acara/event yang mampi menarik hati generasi milenial. Selain disisipi dengan edukasi tentang koperasi, adanya penampilan-penampilan idola mereka akan menarik untuk kedatangan mereka.
3. Pelatigan untuk Pengelola Koperasi
Peran sumber daya manusia yang terampil adalah pondasi bagi koperasi untuk menggaet hati milenial. Pelayanan ramah dan tanggap menjadi plus tersendiri bagi generasi milenial agar mereka mau bergabung dengan koperasi. Jangan sampai paradigma pengeloaan koperasi menjadi lelet dan kurang ramah dengan mereka tercipta.
Perlu adanya pelatihan mengenai pengelolaan koperasi yang kekinian untuk generasi milenial agar mereka berminat sekaligus nyaman ketika bergabung dengan koperasi. Hal-hal di atas ialah titik tolak untuk menyongsong koperasi di era milenial yang tidak kalah dengan fintech-fintech lainnya dalam menyasar pasar generasi milenial.
Semoga kita bisa mengwujudkan cita-cita luhur Bung Hatta dengan menjadikan koperasi sebagai media untuk berdiri di atas kaki sendiri
Post a Comment