Segala pencapaian dunia termasuk gelar Magister Pendidikan (M.Pd) yang saya raih secara resmi dalam prosesi wisuda kemarin adalah kebaikan Allah yang menitipkan kesempatan untuk belajar.
Setelah lulus SMA mencoba mendaftar ke berbagai PTN, setelah diterima di salah satu PTN, saya memilih mundur karena UKT (Uang Kuliah Tunggal) terlampau tinggi, tak mengajukan penurunan biaya karena saya tahu untuk sekadar membiayai kosan pun orangtua saya akan kesulitan nantinya. Saat itu saya berpikir sekadar lulus SMA pun bagi saya sudah cukup. Tak mau merepotkan orang tua lebih jauh.
Perjalanan setelah lulus SMA lebih getir. Sempat bekerja sebagai tukang gulung kabel, pergi pukul 3 sore dan pulang pukul 1 malam. Saya bekerja seperti itu selama berbulan-bulan, hingga berada pada suatu titik "Rasanya harus kuliah,"
Dengan uang tabungan hasil bekerja, saya memutuskan kuliah kelas karyawan di STKIP Siliwangi, dengan pertimbangan bisa sambil bekerja serta ada jurusan yang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekalian bisa sambil belajar ngajar dan menulis. Dari SMA sudah senang menulis di blog.
Dengan berbagai tantangan dan hambatan terutama keuangan hehe, saya akhirnya lulus dari dari STKIP Siliwangi. Sampai titik ini masih tidak berasa mimpi bisa memeroleh gelar sarjana, toh saya bukan orang pintar yang minum tolak angin, eh maksudnya bukan orang pintar yang bisa mendapatkan beasiswa. Sepenuh dari keringat dari doa orangtua.
Setelah yudisium S1 dengan nekat saya daftar S2 ke kampus yang sama, sekarang sudah berubah nama menjadi IKIP Siliwangi. Sekalipun uang tabungan hanya cukup untuk daftar saja hehe. Untuk membayar kuliah saya sampai mengajar di tiga sekolah plus sampingan lainnya, badan berasa remuk belum lagi berkutat dengan tugas kuliah yang luarbiasa.
Di tengah perjalanan sempat berpikir untuk menyerah dan menikah saja dengan gadis manis berkebaya hijau di foto ini (Ciani Limaran) hehe, namun ingat pesan Iman Syafi'i
"Jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka engkau harus sanggup menahan lelahnya kebodohan,"
Pesan tersebut menampar saya hingga ke tulang dan memutuskan pantang balik kanan sebelum sampai ketujuan. Berbekal semangat akhirnya saya mampu menuntaskan pendidikan S2 dengan berbagai bonus menarik.
1. Dapat istri cantik dan InsyaAllah Shalehah
Saya kenal istri berkat perantara menulis, bahkan sempat menulis novel bersama. Novelnya ada di perpustakaan IKIP Siliwangi juga judulnya "Menuntaskan Rindu," jika tidak masuk jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia lalu belajar menulis. Mana mungkin saya mendapatkan gadis manis asal Solo ini. Dia luluh karena tulisan saya katanya, jadi secara tidak langsung dapat istri karena kuliah hehe.
2. Mampu menulis
Salah satu keterampilan menulis saya dapat berkat kuliah. Sekarang menulis menjadi salah satu sumber penghasilan terbesar saya hehe.
3. Keterampilan berbicara di depan banyak orang.
Alhamdulillah semenjak kuliah jadi makin PD untuk "ngoceh" di depan banyak orang bahkan ada beberapa sekolah yang meminta saya "ngoceh" tentang menulis. Lumayan untuk beli make up istri hehe.
4. Keterampilan mengajar
Namanya juga lulusan keguruan harus bisa ngajar dong, alhamdulilah dengan keterampilan mengajar sejatinya saya malah belajar. By the way kalau ada info lowongan dosen bisa japri hehe, karena sekarang masih ngajar di SMK dan cuma seminggu sekali ngajar MKDU di salah satu kampus. Masih banyak waktu untuk mengajar daripada rebahan mulu nih badan hehe.
5. Traveling
Berkat perantara kuliah saya bisa menulis dan berkat perantara menulis saya bisa jalan-jalan. Setidaknya pernah keliling Pulau Jawa dan negara tetangga, berkat kuliah dan menulis.
Terucap rasa syukur dan terima kasih untuk orangtua, istri, guru/dosen yang telah dan terus menghiasi perjalanan hidup saya. Saya memang masih jauh sekali dari kata sukses, tapi setidaknya berkat doa dan semangat dari orang tercinta bisa mencicipi gelar S2. Doakan saya agar mampu mengamalkan ilmu bahkan lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, aamiin.
Post a Comment