Pernah nggak merasakan hidup berasa melayang nggak jelas ? seperti kuntilanak yang terbang-terbangan tengah malam sambil ngikik. Kuntilanak terbang ke sana dan kemari setidaknya sambil tertawa bahagia. Ada saatnya anak muda usia 20-an merasakan hidupnya "Melayang" nggak jelas seperti kuntilanak, bedanya sambil memasang muka sedih.
Sedih kenapa ? Bisa jadi diotaknya sedang membandingan pencapaian dia dengan teman sebayanya yang sudah sukses ternak lele atau bahkan jadi ternak Bapak Conda (lebih besar dari Anak conda hihi). Sementara dia masih main game Free Fire atau PUBG dan sialnya kalah terus.
Bisa juga sedang merasakan posisi di mana teman-temannya sudah menikah bahkan sudah punya bayi lucu, sedangkan dia masih memegang rekor muri, jomblo dari lahir. Itulah dinamakan quater life crisis, krisis setengah abad yang lazimnya dirasakan anak 20 tahunan.
Menurut Jeffrey Jensen Arnett dari University of Maryland College Park, usia 18-25 tahun (emerging adulthood atau dewasa awal) sudah tidak melihat dirinya sebagai remaja akan tetapi juga belum merasa dewasa. Pada masa transisi ini, seseorang mengalami perubahan dan eksplorasi berbagai kemungkinan dalam hal cinta, pekerjaan, dan pandangan hidup.
Pada masa transisi tersebut, dia dihadapkan kepada berbagai kemungkinan dan ketidakjelasan yang membuat dirinya resah. Takut tidak mendapatkan pekerjaan yang diharapkan, takut tidak bisa menikah dan terus memegang status jomblo hingga ajal tiba. Di sisi lain teman-temannya sudah dapat pekerjaan nyaman ditambah punya anak lucu.
Sejatinya cara menghadapi quater life crisis adalah dengan tidak membandingkan diri dengan orang lain, belum tentu yang dibandingkan lebih bahagia dari kita. Bisa saja dia pura-pura bahagia untuk media sosialnya saja, padahal di baliknya punya cicilan motor dan rumah yang membuat pusing. Bisa jugakan ?
Lebih baik hindari melamun lalu bergerak dan wujudkan khayalan menjadi kenyataan. Jangan bandingkan diri sendiri dengan orang lain, toh kunci bahagia bukan cuman uang. Kesehatan, punya banyak teman dan berbagai hal sederhana lainnya adalah sesuatu yang patut disyukuri.
Yuk guys jangan takut menghadapi quater life crisis ? Sejatinya manusia adalah pejuang bahkan sejak dalam rahim ibu. Masa sudah gede malah jadi tukang ngeluh hehe.
Sedih kenapa ? Bisa jadi diotaknya sedang membandingan pencapaian dia dengan teman sebayanya yang sudah sukses ternak lele atau bahkan jadi ternak Bapak Conda (lebih besar dari Anak conda hihi). Sementara dia masih main game Free Fire atau PUBG dan sialnya kalah terus.
Bisa juga sedang merasakan posisi di mana teman-temannya sudah menikah bahkan sudah punya bayi lucu, sedangkan dia masih memegang rekor muri, jomblo dari lahir. Itulah dinamakan quater life crisis, krisis setengah abad yang lazimnya dirasakan anak 20 tahunan.
Menurut Jeffrey Jensen Arnett dari University of Maryland College Park, usia 18-25 tahun (emerging adulthood atau dewasa awal) sudah tidak melihat dirinya sebagai remaja akan tetapi juga belum merasa dewasa. Pada masa transisi ini, seseorang mengalami perubahan dan eksplorasi berbagai kemungkinan dalam hal cinta, pekerjaan, dan pandangan hidup.
Pada masa transisi tersebut, dia dihadapkan kepada berbagai kemungkinan dan ketidakjelasan yang membuat dirinya resah. Takut tidak mendapatkan pekerjaan yang diharapkan, takut tidak bisa menikah dan terus memegang status jomblo hingga ajal tiba. Di sisi lain teman-temannya sudah dapat pekerjaan nyaman ditambah punya anak lucu.
Sejatinya cara menghadapi quater life crisis adalah dengan tidak membandingkan diri dengan orang lain, belum tentu yang dibandingkan lebih bahagia dari kita. Bisa saja dia pura-pura bahagia untuk media sosialnya saja, padahal di baliknya punya cicilan motor dan rumah yang membuat pusing. Bisa jugakan ?
Lebih baik hindari melamun lalu bergerak dan wujudkan khayalan menjadi kenyataan. Jangan bandingkan diri sendiri dengan orang lain, toh kunci bahagia bukan cuman uang. Kesehatan, punya banyak teman dan berbagai hal sederhana lainnya adalah sesuatu yang patut disyukuri.
Yuk guys jangan takut menghadapi quater life crisis ? Sejatinya manusia adalah pejuang bahkan sejak dalam rahim ibu. Masa sudah gede malah jadi tukang ngeluh hehe.
Tak apa rumput tetangga lebih hijau, kan kita punya pohon mangga ������
ReplyDeleteAahh...kayanya ada deeh...masa-masa kita menyesali sesuatu.
ReplyDeleteMisal,
Kita tampak bahagia dengan sudah berkeluarga, jadi menutup 1 pintu pertanyaan orang-orang ketika lebaran "Kapan nikah?"
Tapi...
Nikah itu sendiri butuh banyak perubahan (adaptasi).
Jadi,
Ada masanya kita harus melewati fase itu.
Tetap optimis dan berdoa agar selalu dimudahkan.
20 tahun ini masa mencari jati diri, bener gak sih?
ReplyDeleteAku udah lewat 20 tahun. Pas di usia 20 masih belum ngerti apa apa. Tahunya yang di depannya saja. Belum terlalu muluk membayangkan hari esok
20 tahun aku udah nikah. ya ampuuun kalo dilihat sekarang, aku lihat keponakan yang usianya 23 tahun aja masih anak-anak banget. Pantesan dulu dikatain anak kecil gendong anak kecil.
ReplyDeletequater life crisis pasti dialami tiap orang, disitulah kamu akan mengambil keputusan akan bangkit atau stuk atau malah lebih terpuruk. Jadi semangatlah :)
Untung saya belum perna lihat dan ngikut kuntilanak jadi ngga tau gimana ikut melayang layangnya.. ya tetap semangat menghadapi setiap transisi dalam hidup.. bfavo
ReplyDeletequarter life crisis memang sangat rawan, masa pencarian jati diri. tapi ini juga saat yang tepat untuk mengembangkan diri, mengisi waktu dengan kegiatan positif
ReplyDeleteJadi keingat saat masih 20 an, masih masa mencari jati diri sih. Untung berada di lingkarana pertemanan yang tepat. Lingkungan memang berdampak ya
ReplyDeletequarter life crisis ? Hmm ... seingat saya seumur itu saya sedang tenggelam kuliah sambil kerja jadi rasanya cuma pingin cepet cepet lulus kemudian tidur yang lamaaaa banget :D
ReplyDeleteManusiawi sih membandingkan pencapaian kita dengan kawan atau orang-orang disekitar kita. Tapi jangan sampai kebablasan juga sih... Takutnya jadi ga bersyukur. Kalau saya dulu ngalami krisis yang lain sudah punya anak, saya kapan ya... Hihi...
ReplyDeleteQuarter life crisis saya sudah lewat, belasan tahun yang lalu. Saya beruntung saya sudah pernah melewati masa-masa yang cukup bikin sedih itu.
ReplyDeleteKadangkala saya mengalami perasaan semacam itu, tetapi tidak dalam jangka panjang. Kadang datang dan pergi dalam waktu singkat ketika sedang PMS atau saat saya gagal memanajemen waktu.
ReplyDeleteKunci emosi stabil hanya satu sebenernya : bersyukur. Itu saja. :)