Perjalanan kali ini sulit saya lupakan, karena untuk pertama kalinya jadi gembel alias tunawisma. Tidur di depan toko bersama anak punk. Berikut detail ceritanya.
Seminggu yang lalu, saya melakukan perjalanan Bandung, Jakarta, Semarang dan Solo dalam tempo 3 hari. Sebenarnya ini agenda dadakan dikarenakan kehabisan tiket pulang ketika di Jakarta, jadi muter dulu ke Semarang dan Solo.
Baca Juga : Sehari hidup di Jakarta
Perjalanan awal dari Bandung ke Jakarta mendapatkan jadwal kereta pukul 12 malam, saya datang ke stasiun Bandung pukul 8 malam. Kebayang dong saya 4 jam ngapain aja ? yah tiduran di stasiun hehe.
Dari rame orang hingga sepi dan rame lagi.
Penjaga stasiun mungkin aneh, kok orang ini di sini mulu, apakah dia sedang ngefrank jadi gembel seperti yang dilakukan Baim. Saya gembel beneran Pak, bahasa halusnya sih tunawisma.
Perjalanan kereta dari Bandung ke Jakarta normal 3 jam karena suatu hal malah bengkak jadi 4 jam. Sampai di Jakarta pukul 5, salat dulu lalu sarapan dan menjelajah Monas serta Jumatan di Masjid Istiqlal dilanjut acara di kantor Blibli.com.
Kali ini tidak dalam mode gembel, masih mode Sultan, naik turun Grabcar dan makan mewah dari Blibli.com
Nah pulang dari Jakarta jadi gembel alias tunawisma lagi dong, nunggu di stasiun berjam-jam hingga menaiki kereta menuju Semarang dari semarang dilanjut Bus ke Solo. Perjalanan kereta Jakarta-Semarang sekitar 8 jam deh.
Baca Juga : Keindahan Kota Solo
Di Solo jadi Sultan lagi, nginep di Hotel ke acara hits. Baru pulang dari Solo ke Bandung jadi gembel lagi. Perjalanan dari Solo ke Bandung sekitar 11 jam karena saya naik kereta dengan harga ekonomis. Tiba di Bandung pukul 12 malam. Rumah saya sekitar 2 jam dari Bandung lebih pelosok lagi.
Saya melanjutkan perjalanan naik kereta lokal dari stasiun Kiaracondong (Bandung) menuju stasiun lokal (Padalarang) sekitar sejam. Di Stasiun Padalarang tidak bisa numpang tidur karena pukul 1 dini hari stasiunnya tutup.
Walhasil saya mencari tempat tidur dong, tepatnya tidur di depan toko yang setengah buka, saya memesan minuman supaya tidak malu banget kalau numpang tidur.
Udah numpang tidur tapi nggak beli kan kasihan tukang jualannya.
Tepat di sebrang saya, banyak segerombolan anak punk yang tidur di depan toko juga, jadi merasakan bagaimana menjadi seorang tunawisma, dingin ternyata hehe.
Pukul 5 pagi baru dapat angkot untuk melanjutkan perjalanan ke rumah, waktu yang ditempuh sekitar 1 jam.
Perjalanan Bandung-Jakarta-Semarang dan Solo, salah satu travelling yang tidak akan saya lupakan. Lebih menantang daripada perjalanan ke Malaysia seminggu sebelumnya.
Baca juga : Perjalanan ke Malaysia
Dalam perjalanan kali ini, merasakan bagaimana hidup di Ibukota (Macet bos), merasakan tradisi kota Solo, merasakan perjalanan yang membuat pantat terbakar. Hal terkeren merasakan jadi gembel alias tunawisma.
Catatan : Momen ketika jadi gembel tidak diabadikan karena takut duh mengeluarkan HP, takut kena begal.
Ketika kembali ke rumah bersyukur banget, karena banyak saudara kita yang tak punya tempat untuk sekadar berteduh. Alhamdulillah masih punya selimut. Hikmah dari perjalanan kali ini banyak hal yang saya syukuri.
Seminggu yang lalu, saya melakukan perjalanan Bandung, Jakarta, Semarang dan Solo dalam tempo 3 hari. Sebenarnya ini agenda dadakan dikarenakan kehabisan tiket pulang ketika di Jakarta, jadi muter dulu ke Semarang dan Solo.
Baca Juga : Sehari hidup di Jakarta
Perjalanan awal dari Bandung ke Jakarta mendapatkan jadwal kereta pukul 12 malam, saya datang ke stasiun Bandung pukul 8 malam. Kebayang dong saya 4 jam ngapain aja ? yah tiduran di stasiun hehe.
Dari rame orang hingga sepi dan rame lagi.
Penjaga stasiun mungkin aneh, kok orang ini di sini mulu, apakah dia sedang ngefrank jadi gembel seperti yang dilakukan Baim. Saya gembel beneran Pak, bahasa halusnya sih tunawisma.
Perjalanan kereta dari Bandung ke Jakarta normal 3 jam karena suatu hal malah bengkak jadi 4 jam. Sampai di Jakarta pukul 5, salat dulu lalu sarapan dan menjelajah Monas serta Jumatan di Masjid Istiqlal dilanjut acara di kantor Blibli.com.
Kali ini tidak dalam mode gembel, masih mode Sultan, naik turun Grabcar dan makan mewah dari Blibli.com
Nah pulang dari Jakarta jadi gembel alias tunawisma lagi dong, nunggu di stasiun berjam-jam hingga menaiki kereta menuju Semarang dari semarang dilanjut Bus ke Solo. Perjalanan kereta Jakarta-Semarang sekitar 8 jam deh.
Baca Juga : Keindahan Kota Solo
Di Solo jadi Sultan lagi, nginep di Hotel ke acara hits. Baru pulang dari Solo ke Bandung jadi gembel lagi. Perjalanan dari Solo ke Bandung sekitar 11 jam karena saya naik kereta dengan harga ekonomis. Tiba di Bandung pukul 12 malam. Rumah saya sekitar 2 jam dari Bandung lebih pelosok lagi.
Saya melanjutkan perjalanan naik kereta lokal dari stasiun Kiaracondong (Bandung) menuju stasiun lokal (Padalarang) sekitar sejam. Di Stasiun Padalarang tidak bisa numpang tidur karena pukul 1 dini hari stasiunnya tutup.
Walhasil saya mencari tempat tidur dong, tepatnya tidur di depan toko yang setengah buka, saya memesan minuman supaya tidak malu banget kalau numpang tidur.
Udah numpang tidur tapi nggak beli kan kasihan tukang jualannya.
Tepat di sebrang saya, banyak segerombolan anak punk yang tidur di depan toko juga, jadi merasakan bagaimana menjadi seorang tunawisma, dingin ternyata hehe.
Pukul 5 pagi baru dapat angkot untuk melanjutkan perjalanan ke rumah, waktu yang ditempuh sekitar 1 jam.
Perjalanan Bandung-Jakarta-Semarang dan Solo, salah satu travelling yang tidak akan saya lupakan. Lebih menantang daripada perjalanan ke Malaysia seminggu sebelumnya.
Baca juga : Perjalanan ke Malaysia
Dalam perjalanan kali ini, merasakan bagaimana hidup di Ibukota (Macet bos), merasakan tradisi kota Solo, merasakan perjalanan yang membuat pantat terbakar. Hal terkeren merasakan jadi gembel alias tunawisma.
Catatan : Momen ketika jadi gembel tidak diabadikan karena takut duh mengeluarkan HP, takut kena begal.
Ketika kembali ke rumah bersyukur banget, karena banyak saudara kita yang tak punya tempat untuk sekadar berteduh. Alhamdulillah masih punya selimut. Hikmah dari perjalanan kali ini banyak hal yang saya syukuri.
Aku deg2an bacanya...
ReplyDeleteAku jugaaaa
DeleteSeru juga pengalaman jadi cool gembel..;)
ReplyDeleteSini Mbak jadi gembel juga heheh
DeleteSykr msh aman... Kl anak punk di tptku suka malak dn maksa di angkot... Serem
ReplyDeleteAna punknya shaleh kali ini hehehe
Deletepengalaman kayk gitu memang bisa dijadiin pelajaran yaaa.. jg jd banyak bersyukur, krn kita jd tau gimana para tunawisma tidur di luar beralakan koran.. tapi untung anak2 punk nya ga ngapa2in kamu ya mas... aku agak serem ama mereka krn pernah ada pengalaman ga enak duluuu di bus jakarta.sjk itu lbh milih menghindar kalo ketemu punk
ReplyDeleteSaya bersyukur banget. Mungkin yang saya temui anak punk yang shaleh/shalehah
DeleteJadi lebih bisa bersyukur ya sekarang setelah melihat saudara kita yang nggak seberuntung kita.
ReplyDeleteMungkin perjalanan mas Nychken ini cara Tuhan untuk ngingetin kita semua betapa beruntungnya kita. Coba kalo yang di-'kasih' itu orang lain, paling yang bersyukur dia doang.
Kalo mas Nychken...udah pasti pengalaman ini dibagikan ke orang lain, sehingga yang diingetin lebih banyak lagi.
Alhamdulillah kalau saya bisa berbagi kebaikan dari perjalanan yang saya lakukan hehe
DeleteSaya pernah lho jadi gembel tiduran di terminal, menantikan fajar tiba.. Lalu melanjutkan perjalanan.. Untungnya pergi bareng suami.. Ini lantaran mau berhemat.. #PengalamanJamanDulu
ReplyDeleteMasih terngiang hingga sekarang kan Mbak ?
DeleteMas Nychken, namanya unik bagaimana pelafalannya? oya pengalamannya juga unik dan ngga terlupakan yaa
ReplyDeleteuntuk cuma 3 hari mas, kalau lebih dari 3 hari kaya bang toyib nanti gak pulang pulang wkwkwkwk
ReplyDeletengakak
DeleteAlhamdulillah masih punya selimut. Tulisan ini membuat saya ikut bersyukur belum pernah tidur di jalanan.
ReplyDeletePerjalanannya seperti ini memang sangat berkesan.
Wah harus siap sedia ngegembel nih kalo berpegian.
ReplyDeleteSalam
www.kidalnarsis.com
wah jadi pingin ngerasain ngegembel alias jadi tunawisma tapi ngga kebayang kalo kedinginan gimana ? :D
ReplyDeleteBersyukur karena kota2 besar hidup 24 jam ya?
saya juga pernah ngegembel gara2 naik harina dari CN ke BD
ReplyDeleteaduh emang gimana gitu tapi bener akhire bisa liak kehidupan malam
tapi klo distasiun itu masih lumayan ngegembel
paling gak asyik klo pas di terminal
apalagi terminal Bungurasi
sedih rasanya
3 hari menjadi sultan dan gembel dong :D
ReplyDeleteJadi pengalaman yang tak terlupakan pastinya ya. Dan selalu ada hikmah dari setiap pengalaman tsb
ReplyDeleteSaya pernah jadi gembel, tapi waktu workshop teater. Nggembel di Terminal Umbulharjo Jogja �� Pengalaman yg sangat mengesankan menjadi gembel di bbrp kota ya,Kang ��
ReplyDeleteAku juga gitu, kak...
ReplyDeleteKalau naik sepeda motor pas malem-malem...berasaaa banget sakitnya kalau tidur di jalan, di kolong jembatan.
Dan kalau aku lihat, itu beberapa Ibu-ibu pengemis yang membawa anak-anaknya.
Mau nangis rasanya kalau lihat anak-anak generasi bangsa yang tempat tinggalnya saja, tidak layak begitu...
Pengalaman yang tidak terlupakan ya...seru juga sih..
ReplyDeletekalo aku yang begitu kayaknya aku nggak bakalan selamat sih :))))
ReplyDeletekeburu takut duluan :)))
perjalannya seru dan dapat pengalaman baru menjadi tunawisma di kota orang :)
ReplyDeleteHahahaha.. walaupun gembel tetep kece gitu yaa 😎
ReplyDeletesesuai cerita orang-orang ya Kak; nantinya setiap perjalanan memberi pelajaran dan tergantung pada yang bersangkutan, hal apa yang ia pelajari dari pengalamannya. TFS kakaa
ReplyDelete