Sekitar pukul 14 ada seseorang yang menelponku. Nomornya pun tak aku kenal. Ah curiga ini pasti dia lagi yang sering menerorku.
Beberapa bulan yang lalu selalu ada nelpon yang menanyakan kapan bayar cicilan motor. Padahal cicilan motorku telah lunas setahun yang lalu.
Ketika aku tanyakan cicilan motor atas nama siapa, penelpon itu menjawab dengan nama yang kukenal. Iya, yang ditagih ialah tetanggaku.
Dia memasukanku nomorku sebagai nomor kerabatnya yang sewaktu-waktu bisa dihubungi kalau nomor dia tidak bisa diakses pemberi kredit motor itu.
Aku berkali-kali menegaskan bahwa tagih saja langsung ke yang bersangkutan, tetapi entah kenapa pemberi kredit motor itu selalu menelponku.
Entahlah dia kangen atau apa, yang jelas hal itu menganggu. Sempat aku utarakan kepada tetanggaku bahwa segera bayar cicilan motornya biar aku tidak ditelpon mulu.
Beberapa hari kemudian pemberi kredit itu menelpon lagi, aku berbicara tegas. Jangan libatkan aku dengan masalah tunggakan tetanggaku.
Nampaknya pemberi kredit itu takut, haha. Alhamdulillah deh tidak ditelpon lagi.
Namun beberapa hari yang lalu ada telpon lagi, aku termasuk orang yang jarang menerima telpon bahkan hingga berbulan-bulan.
Tetiba ada telpon pasti mengarah ke pemberi kredit itu. Aku angkat telpon itu, dia mengucapkan salam. Eh nampaknya ini bukan si pemberi kredit. Ini seseorang yang berbeda.
Jangan-jangan tetanggaku memberikan nomorku lagi untuk mencicil panci. Apakah yang menelponku pemberi cicilan panci ?
Ternyata bukan yang menelpon dari pihak Blibli.com yang menawariku untuk menghadiri acara yang mereka adakan.
Duh semenjak ada telpon dari si "dia" pemberi kredit motor tetanggaku. Menerima telpon jadi suka parno.
Beberapa bulan yang lalu selalu ada nelpon yang menanyakan kapan bayar cicilan motor. Padahal cicilan motorku telah lunas setahun yang lalu.
Ketika aku tanyakan cicilan motor atas nama siapa, penelpon itu menjawab dengan nama yang kukenal. Iya, yang ditagih ialah tetanggaku.
Dia memasukanku nomorku sebagai nomor kerabatnya yang sewaktu-waktu bisa dihubungi kalau nomor dia tidak bisa diakses pemberi kredit motor itu.
Aku berkali-kali menegaskan bahwa tagih saja langsung ke yang bersangkutan, tetapi entah kenapa pemberi kredit motor itu selalu menelponku.
Entahlah dia kangen atau apa, yang jelas hal itu menganggu. Sempat aku utarakan kepada tetanggaku bahwa segera bayar cicilan motornya biar aku tidak ditelpon mulu.
Beberapa hari kemudian pemberi kredit itu menelpon lagi, aku berbicara tegas. Jangan libatkan aku dengan masalah tunggakan tetanggaku.
Nampaknya pemberi kredit itu takut, haha. Alhamdulillah deh tidak ditelpon lagi.
Namun beberapa hari yang lalu ada telpon lagi, aku termasuk orang yang jarang menerima telpon bahkan hingga berbulan-bulan.
Tetiba ada telpon pasti mengarah ke pemberi kredit itu. Aku angkat telpon itu, dia mengucapkan salam. Eh nampaknya ini bukan si pemberi kredit. Ini seseorang yang berbeda.
Jangan-jangan tetanggaku memberikan nomorku lagi untuk mencicil panci. Apakah yang menelponku pemberi cicilan panci ?
Ternyata bukan yang menelpon dari pihak Blibli.com yang menawariku untuk menghadiri acara yang mereka adakan.
Duh semenjak ada telpon dari si "dia" pemberi kredit motor tetanggaku. Menerima telpon jadi suka parno.
siapa tau dapat doorprize dr blibli.com nya heheh
ReplyDeleteHaha... maafkeun malah ketawa.
ReplyDeleteTapi, bener sih A', saya juga kalau ditelpon nomor tak dikenal, malah dicuekin ae.
Haduh horor bgt 😄😄
ReplyDeleteTp yg parah itu temen kamu ya ngasih nomer sembarangan wkwk