Ing ngarso sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
Kata-kata di atas bukan lirik lagu dangdut yang bisa membuat bergoyang dengan riang tetapi lebih dari itu semua, tiga larik pendek itulah yang bisa mengubah Indonesia lebih baik ke depannya.
Bagi mahasiswa pendidikan tiga mantra tersebut laksana si dia yang harus dijaga sepenuh jiwa. Wajar kata-kata sakti itu adalah petuah Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Kita sama-sama cermati yuk setiap lariknya
Ing ngarso sung tuladha, di depan menjadi teladan. Saat ini anak-anak Indonesia krisis terhadap figur yang baik. Orang dewasa yang seringkali menyebarkan kebencian di media sosial, sebagian sinetron mendobrak norma-norma kesantunan, dan pergaulan remaja yang tak terkendali, itu semua lambat laun akan membentuk karakter generasi muda yang tak mau diatur, gampang marah dan mengindahkan norma sopan santun.
Tentu sosok guru menjadi benteng untuk menghalau pengaruh buruk yang bisa merusak generasi muda. Teladan derajatnya lebih baik dari pada perintah. Seorang guru memberikan perintah agar muridnya rajin tetapi setelah itu memberi tugas mencatat sementara gurunya asyik chattingan dengan mantan. Tentu itu bukan ciri guru yang keren tetapi lebih menjurus ke guru yang susah move on.
Ing madya mangun karsa, di tengah memberi semangat. Selain menjadi teladan, ciri guru yang baik adalah pandai memotivasi/memberi semangat. Tak perlu berubah menjadi cheerleader yang memakai baju pink lalu berkata "Semangat yah kakak," Laksana Bung Tomo yang mampu membangkitkan semangat Arek-Arek Suroboyo sehingga mampu mengusir Belanda dan NICA. Suntikan semangat dari guru menjadi pondasi penting bagi anak.
Tut wuri handayani, dari belakang memberi dorongan. Mendorong di sini berkorelasi dengan kata menumbuhkan. Guru harus seperti air yang mampu mendorong tanaman agar cepat tumbuh dan menghasilkan buah yang bermanfaat nantinya, hal ini sejalan dengan pendapat pakar pendidikan Robert T. Kiyosaki bahwa esensi pendidikan adalah mengeluarkan potensi bukan mengisi anak dengan potongan-potongan informasi. Tugas seorang guru bukan sebagai pengajar yang sebatas memberikan informasi lalu selesai, tugas seorang guru ialah menjadi pendidik yang membentuk karakter dan menumbuhkan potensi anak.
Masa depan Indonesia ada di tangan seorang guru yang mau bekerja lebih keras sekalipun gajinya tak cukup untuk membeli emas di MONAS.
Ing madya mangun karsa
Tut wuri handayani
Kata-kata di atas bukan lirik lagu dangdut yang bisa membuat bergoyang dengan riang tetapi lebih dari itu semua, tiga larik pendek itulah yang bisa mengubah Indonesia lebih baik ke depannya.
Bagi mahasiswa pendidikan tiga mantra tersebut laksana si dia yang harus dijaga sepenuh jiwa. Wajar kata-kata sakti itu adalah petuah Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Kita sama-sama cermati yuk setiap lariknya
Ing ngarso sung tuladha, di depan menjadi teladan. Saat ini anak-anak Indonesia krisis terhadap figur yang baik. Orang dewasa yang seringkali menyebarkan kebencian di media sosial, sebagian sinetron mendobrak norma-norma kesantunan, dan pergaulan remaja yang tak terkendali, itu semua lambat laun akan membentuk karakter generasi muda yang tak mau diatur, gampang marah dan mengindahkan norma sopan santun.
Tentu sosok guru menjadi benteng untuk menghalau pengaruh buruk yang bisa merusak generasi muda. Teladan derajatnya lebih baik dari pada perintah. Seorang guru memberikan perintah agar muridnya rajin tetapi setelah itu memberi tugas mencatat sementara gurunya asyik chattingan dengan mantan. Tentu itu bukan ciri guru yang keren tetapi lebih menjurus ke guru yang susah move on.
Ing madya mangun karsa, di tengah memberi semangat. Selain menjadi teladan, ciri guru yang baik adalah pandai memotivasi/memberi semangat. Tak perlu berubah menjadi cheerleader yang memakai baju pink lalu berkata "Semangat yah kakak," Laksana Bung Tomo yang mampu membangkitkan semangat Arek-Arek Suroboyo sehingga mampu mengusir Belanda dan NICA. Suntikan semangat dari guru menjadi pondasi penting bagi anak.
Tut wuri handayani, dari belakang memberi dorongan. Mendorong di sini berkorelasi dengan kata menumbuhkan. Guru harus seperti air yang mampu mendorong tanaman agar cepat tumbuh dan menghasilkan buah yang bermanfaat nantinya, hal ini sejalan dengan pendapat pakar pendidikan Robert T. Kiyosaki bahwa esensi pendidikan adalah mengeluarkan potensi bukan mengisi anak dengan potongan-potongan informasi. Tugas seorang guru bukan sebagai pengajar yang sebatas memberikan informasi lalu selesai, tugas seorang guru ialah menjadi pendidik yang membentuk karakter dan menumbuhkan potensi anak.
Masa depan Indonesia ada di tangan seorang guru yang mau bekerja lebih keras sekalipun gajinya tak cukup untuk membeli emas di MONAS.
waw... kereeen...
ReplyDeleteSelamat berjuang guru
ReplyDeleteInsyaAllah masih ada pejuang pendidikan yang tulus ikhlas mengabdi untuk turut mencerdaskan generasi penerus bangsa :)
ReplyDelete