Pendidikan adalah ujung tombak kemajuan bangsa. Mustahil tanpa peran pendidikan suatu bangsa dapat melesat maju. Saya percaya Indonesia sedang melangkah ke arah sana sekalipun tertatih.
Jika berbicara pendidikan tak lepas dari peran guru. Pada pemaparan di atas pendidikan laksana ujung tombak kemajuan bangsa, dengan itu guru ialah seorang ksatria yang mengarahkan tombak agar tepat sasaran. Andai tombak bernama pendidikan salah sasaran maka hanya menghasilkan siswa yang cerdas tanpa karakter. Kecerdasan yang dipakai untuk menipu, kecerdasan yang digunakan untuk menindas. Tentu hal itu tidak pernah diharapkan.
Guru harus berlatih memainkan tombak sehingga mampu menguasai beberapa jurus mengajar bernama pendekatan, strategi, metode,teknik, dan taktik pembelajaran. Ketika seorang guru sudah menguasai dan menerapkan semua jurus itu dalam proses pembelajaran, menghasilkan siswa yang cerdas dalam segala aspek bukan sekadar impian.
Yuk kita bahas jurus-jurus seorang guru.
Pertama pendekatan, pendekatan di sini tidak bersinonim dengan pendekatan yang sering dilakukan anak muda ke lawan jenisnya. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak pembelajaran yang melatari suatu metode. Secara garis besar pendekatan ada dua yaitu terpusat pada guru dan terpusat pada siswa, tidak ada yang terpusat pada mantan karena itu akan berefek pada kegalauan #eh.
Di era kekinian pembelajaran menekankan terpusat pada siswa atau bahasa kerennya student centered approach. Mengapa demikian ? karena hakikat pembelajaran di era kekinian adalah menumbuhkan potensi siswa bukan mencekoki siswa dengan potongan informasi.
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran beragam jenisnya, ada yang tipe sport, matic, dan bebek (eh salah itu jenis motor). Pendekatan yang paling ngehits ada tiga yaitu kontekstual, konstrutivisme, dan yang paling baru pendekatan saintifik.
Pendekatan kontekstual ialah konsep belajar yang mengaitkan materi dengan dunia nyata. Misalkan penerapkan teks negosiasi dalam belanja daging ayam sehingga didapat harga yang paling murah. Biasanya ibu-ibu ahli menerapkan hal ini.
Alur pembelajaran konstekstual diawali dari mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama dan mentransfer.
Pendekatan Konstrutivisme merupakan pendekatan lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pendekatan Saintifik ialah ruh dari kurikulum 2013 yang menghendaki siswa untuk berpesan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memeroleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.
Selain jurus pendekatan ada juga strategi, metode, teknik, dan taktik. Menurut Prof Wina, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Lain hal dengan metode yang lebih bersifat pengaplikasian strategi dalam bentuk nyata. Metode pembelajaran sebenarnya ada banyak namun disayangkan kebanyakan guru menerapkan metode cermah. Sama hal dengan kita yang dipaksakan makan daging tiap hari meskipun enak pada titik tertentu akan bosan. Diskusi, demonstrasi, problem solving adalah metode lain yang bisa dijadikan pilihan.
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik, misalkan teknik menggunakan metode diksusi dengan jumlah siswa yang relatif banyak. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Jurus-jurus tersebut perlu dipelajari seorang guru sehingga mampu membentuk siswa yang tak hanya cerdas tetapi memiliki karakter tangguh, tangguh dan tak mudah berkeluh-kesah di media sosial. Eh menyindir diri sendiri.
Jika berbicara pendidikan tak lepas dari peran guru. Pada pemaparan di atas pendidikan laksana ujung tombak kemajuan bangsa, dengan itu guru ialah seorang ksatria yang mengarahkan tombak agar tepat sasaran. Andai tombak bernama pendidikan salah sasaran maka hanya menghasilkan siswa yang cerdas tanpa karakter. Kecerdasan yang dipakai untuk menipu, kecerdasan yang digunakan untuk menindas. Tentu hal itu tidak pernah diharapkan.
Guru harus berlatih memainkan tombak sehingga mampu menguasai beberapa jurus mengajar bernama pendekatan, strategi, metode,teknik, dan taktik pembelajaran. Ketika seorang guru sudah menguasai dan menerapkan semua jurus itu dalam proses pembelajaran, menghasilkan siswa yang cerdas dalam segala aspek bukan sekadar impian.
Yuk kita bahas jurus-jurus seorang guru.
Pertama pendekatan, pendekatan di sini tidak bersinonim dengan pendekatan yang sering dilakukan anak muda ke lawan jenisnya. Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak pembelajaran yang melatari suatu metode. Secara garis besar pendekatan ada dua yaitu terpusat pada guru dan terpusat pada siswa, tidak ada yang terpusat pada mantan karena itu akan berefek pada kegalauan #eh.
Di era kekinian pembelajaran menekankan terpusat pada siswa atau bahasa kerennya student centered approach. Mengapa demikian ? karena hakikat pembelajaran di era kekinian adalah menumbuhkan potensi siswa bukan mencekoki siswa dengan potongan informasi.
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran beragam jenisnya, ada yang tipe sport, matic, dan bebek (eh salah itu jenis motor). Pendekatan yang paling ngehits ada tiga yaitu kontekstual, konstrutivisme, dan yang paling baru pendekatan saintifik.
Pendekatan kontekstual ialah konsep belajar yang mengaitkan materi dengan dunia nyata. Misalkan penerapkan teks negosiasi dalam belanja daging ayam sehingga didapat harga yang paling murah. Biasanya ibu-ibu ahli menerapkan hal ini.
Alur pembelajaran konstekstual diawali dari mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama dan mentransfer.
Pendekatan Konstrutivisme merupakan pendekatan lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pendekatan Saintifik ialah ruh dari kurikulum 2013 yang menghendaki siswa untuk berpesan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memeroleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.
Selain jurus pendekatan ada juga strategi, metode, teknik, dan taktik. Menurut Prof Wina, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Lain hal dengan metode yang lebih bersifat pengaplikasian strategi dalam bentuk nyata. Metode pembelajaran sebenarnya ada banyak namun disayangkan kebanyakan guru menerapkan metode cermah. Sama hal dengan kita yang dipaksakan makan daging tiap hari meskipun enak pada titik tertentu akan bosan. Diskusi, demonstrasi, problem solving adalah metode lain yang bisa dijadikan pilihan.
Metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik, misalkan teknik menggunakan metode diksusi dengan jumlah siswa yang relatif banyak. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Jurus-jurus tersebut perlu dipelajari seorang guru sehingga mampu membentuk siswa yang tak hanya cerdas tetapi memiliki karakter tangguh, tangguh dan tak mudah berkeluh-kesah di media sosial. Eh menyindir diri sendiri.
Nyimak
ReplyDeleteAku juga ikutan Minyak #ehhh
ReplyDelete