Ramadan sudah menunaikan tugasnya, perjuangan 30 hari menahan lapar, dahaga, dan segala perbuatan yang bermuara pada dosa di akhiri gema takbir, memuja Sang Pencipta. Semua orang bersuka cita termasuk yang tidak berpuasa. Masjid-Masjid mendadak penuh, ini peristiwa langka.
Saya memerhatikan keadaan sekitar, seorang bapak menangis sembari bertakbir dengan suara lirih. Di sudut lain, seorang pemuda kisaran umurnya hampir sebaya dengan saya. Dia menangis sembari mengadahkan tangan, meminta agar jodohnya disegerakan (Ini sekadar dugaan)
Soalnya pemuda diumur 20 tahun awal, masalahnya hampir serupa berkisar jodoh dan kerja.
Ritual salaman menjadi penutup Salat Ied di momen ini kita bisa bertemu teman lama, mantan yang sudah punya anak bahkan mantan calon mertua yang pernah menolak kita, eh bukan kita deh soalnya saya belum pernah mengalami. Pulang ke rumah, keluarga dekat menyambut, sungkem dengan orangtua beraroma pilu. Ada kesedihan merasuk, betapa berdosanya kita kepada kedua orangtua.
Tibalah saatnya berziarah, mendoakan keluarga yang mendahului kita ke alam sana. Ini momen paling menyeramkan, bukan perihal ke kuburan tapi bertemu keluarga "jahil" yang tetiba mengeluarkan kalimat menyesakan dada.
"Ken, sekarang kelihatan gendut dan pendek."
"Ken kapan nikah ?"
"Ken kapan punya anak ?" eh punya anak gimana, nikah aja belum. Emang ada yah anak instan ? tinggal nyeduh langsung jadi.
Andai saya jahat pasti mereka sudah dilaporkan dengan pelanggaran pasal 335 ayat 1, dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan, tetapi itu adalah hal yang wajar ketika momen lebaran. Semoga saya kuat menghadapi pertanyaan yang bernada bully-an. Sesungguhnya Allah berada di dekat kita yang teraniaya. Merdekaa.
Teruntuk sahabat dunia maya, saya meminta maaf jika ada status, komentar, dan pesan pribadi yang meyakiti. Kita mulai dari nol yah ? #MeniruPegawaiPomBensin.
Inii happy banget nulisnya, dibaca juga bikin happy...
ReplyDeleteSya nulis hari ini malah banjir airmata😖😖
Hhii... udah siap banget di bully, hhaa.
ReplyDelete