2 Mei adalah hari yang bersejarah bagi pendidikan Indonesia, teman-teman tentu tahu tanggal 2 Mei adalah hari apa ? okey kalian benar 2 Mei adalah hari selasa. Tetiba otak ini berasa ada yang putus di salah satu kabelnya.
2 Mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Pendidikan adalah pondasi suatu bangsa, tanpa pendidikan suatu negara mudah sekali hancur. Seperti yang Kaisar Hirohito katakan ketika Jepang dibom oleh Amerika
"Sabaraha jumlah guru anu masih aya ?"
Kaisar Hirohito berbicara dalam bahasa Sunda jika diterjemahkan intinya Kaisar Hirohito menanyakan jumlah guru yang tersisa. Luarbiasa sekali Sang Kaisar bisa berbahasa Sunda mungkin diajari Sule yang sengaja berkelana ke masa lalu.
Kaisar Hirohito tidak menanyakan jumlah misil, jumlah tentara tapi yang ditanyakan pertama kali ialah guru. Tak bisa dipungkiri guru ialah agen perubahan yang mampu mencetak muridnya menjadi apapun. Tanpa seorang guru tentu tak ada Presiden, dokter bahkan tukang soto.
Sudah tiga tahun aku pun menjadi guru. Mungkin bagi sebagian orang adalah waktu yang sebentar, tapi bagiku tidak. Tiga tahun itu memberikan pengalaman sekaligus pembelajaran yang sangat luarbiasa. Pertama kali mengajar di umur 18 tahun, kala itu masih kuliah semester dua. Murid-muridku saat itu hanya terpaut satu tahun bahkan beberapa ada yang seumuran. Berasa ngajar teman sebaya.
Hal yang mendebarkan ketika mengamati ternyata salah satu muridku, wajahnya sangat familiar, ah ternyata dia teman sebangku ketika SMP. Kok bisa yah dia masih sekolah di SMK ? selidik punya selidik ternyata dia sering pindah-pindah sekolah hingga masa SMK harus ditempuh dalam waktu 4 tahun. Sejujurnya aku merasa berdosa terhadapnya, seminggu semenjak kejadian itu dia tak pernah sekolah lagi. Aku mengira-mengira alasannya, dan ternyata benar, dia malu karena gurunya aku.
Banyak memang cerita-cerita unik selama menjadi guru. Salah satunya ketika beberapa muridku hilang mendadak. Saat itu aku senang asyik menulis materi pembelajaran di White board, tetiba ketika menengok ke belakang baru sadar beberapa siswa hilang. Aku pikir mereka punya keahilan sihir yang bisa menghilang tiba-tiba, eh ternyata mereka malah sembunyi di lemari yang terletak di sudut belakang kursinya.
Hal yang membanggakan sekaligus mengharukan ketika murid yang kita didik mendapatkan prestasi/nilai di atas rata-rata. Alhamdulilah hasi UN bahasa Indonesia yang aku ajarkan termasuk memuaskan. Ada siswa yang bahkan hampir menyentuh nilai 90 untuk pelajaran bahasa Indonesia. Mungkin orang lain memandangnya sepele, tetapi aku tidak. Ada kebanggaan ketika mampu berperan dalam dunia pendidikan, walau itu hanya titik kecil.
2 Mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Pendidikan adalah pondasi suatu bangsa, tanpa pendidikan suatu negara mudah sekali hancur. Seperti yang Kaisar Hirohito katakan ketika Jepang dibom oleh Amerika
"Sabaraha jumlah guru anu masih aya ?"
Kaisar Hirohito berbicara dalam bahasa Sunda jika diterjemahkan intinya Kaisar Hirohito menanyakan jumlah guru yang tersisa. Luarbiasa sekali Sang Kaisar bisa berbahasa Sunda mungkin diajari Sule yang sengaja berkelana ke masa lalu.
Kaisar Hirohito tidak menanyakan jumlah misil, jumlah tentara tapi yang ditanyakan pertama kali ialah guru. Tak bisa dipungkiri guru ialah agen perubahan yang mampu mencetak muridnya menjadi apapun. Tanpa seorang guru tentu tak ada Presiden, dokter bahkan tukang soto.
Sudah tiga tahun aku pun menjadi guru. Mungkin bagi sebagian orang adalah waktu yang sebentar, tapi bagiku tidak. Tiga tahun itu memberikan pengalaman sekaligus pembelajaran yang sangat luarbiasa. Pertama kali mengajar di umur 18 tahun, kala itu masih kuliah semester dua. Murid-muridku saat itu hanya terpaut satu tahun bahkan beberapa ada yang seumuran. Berasa ngajar teman sebaya.
Hal yang mendebarkan ketika mengamati ternyata salah satu muridku, wajahnya sangat familiar, ah ternyata dia teman sebangku ketika SMP. Kok bisa yah dia masih sekolah di SMK ? selidik punya selidik ternyata dia sering pindah-pindah sekolah hingga masa SMK harus ditempuh dalam waktu 4 tahun. Sejujurnya aku merasa berdosa terhadapnya, seminggu semenjak kejadian itu dia tak pernah sekolah lagi. Aku mengira-mengira alasannya, dan ternyata benar, dia malu karena gurunya aku.
Banyak memang cerita-cerita unik selama menjadi guru. Salah satunya ketika beberapa muridku hilang mendadak. Saat itu aku senang asyik menulis materi pembelajaran di White board, tetiba ketika menengok ke belakang baru sadar beberapa siswa hilang. Aku pikir mereka punya keahilan sihir yang bisa menghilang tiba-tiba, eh ternyata mereka malah sembunyi di lemari yang terletak di sudut belakang kursinya.
Hal yang membanggakan sekaligus mengharukan ketika murid yang kita didik mendapatkan prestasi/nilai di atas rata-rata. Alhamdulilah hasi UN bahasa Indonesia yang aku ajarkan termasuk memuaskan. Ada siswa yang bahkan hampir menyentuh nilai 90 untuk pelajaran bahasa Indonesia. Mungkin orang lain memandangnya sepele, tetapi aku tidak. Ada kebanggaan ketika mampu berperan dalam dunia pendidikan, walau itu hanya titik kecil.
Inii haru rasa gokiill😂😂
ReplyDelete