Saat itu pukul 3 dini hari, ribuan orang memadati Stadiun Gelora Bung Karno.
Mereka bukan menyaksikan pertandingan sepak bola, tidak juga menonton artis dangdut yang pamer pinggul. Mata mereka menatap langit dengan cemas. Seorang bapak berpeci memeluk anaknya sembari mengucap potongan ayat suci. Di sudut yang lain seorang perempuan berpakaian sexy hanya bisa menatap langit dengan pandangan kosong. Dia berulang kali melafalkan surat Al-Fatihah, itu satu-satunya potongan ayat suci yang dia hafal.
Sulit menemukan momen ribuan orang berkumpul di tempat yang sama di pukul 3 dini hari. Biasanya masih berkutat dengan kegiatan berbeda. Ada yang masih terlelap, ada yang bergegas ke masjid, ada juga yang sedang bekerja dengan cara mengambil barang di rumah oranglain tanpa permisi.
Kali ini mereka tak akan bisa melakukan itu semua. Terdapat kecemasan yang sama di masing-masing kepala.
Tepatnya tujuh hari yang lalu, beberapa ahli ibadah yang pertama kali tahu. Ada yang berbeda pada hari itu. Mereka mengucap istigfar berkali-kali. Dalam sejarah manusia tak pernah ada kejadian seperti ini. Kejadian pertama mungkin juga terakhir di dunia.
Baru setelah tiga hari semua orang sadar bahkan si tukang tidur sekalipun.
"Subuh telah hilang, subuh telah hilang," teriak pria bertopeng yang sedang menggendong TV dengan sarungnya.
Teriakannya begitu keras sehingga membangunkan beberapa warga yang sedang terlelap. Penampilan pria bertopeng dihiraukan, mereka lebih tertarik menatap langit yang menampilkan matahari tepat di atas kepala mereka.
"Harusnya ini waktu subuh, kok sudah seperti pukul 12 siang," Seorang pria muda mendumel, meski dia tak pernah bangun di waktu subuh tapi dia tahu seharusnya matahari masih malu-malu menunjukan cahayanya.
Peristiwa besar ini menyebar ke seluruh dunia. Semua orang berdoa kepada Tuhan meminta subuh dikembalikan. Indonesia melaksanakan doa bersama di Stadiun Gelora Bung Karno. Di Vatikan ramai dengan orang yang berbondong-bondong mengepal tangannya setinggi dada, mereka meminta agar subuh kembali. Dua kota suci umat Islam tak jauh berbeda, lantunan dzikir bergema berharap sesuatu yang sama.
Sayang sekali, subuh sudah terlanjur marah. Ia merasa diabaikan oleh manusia. Ia meminta kepada Tuhan tak mampu menyapa manusia lagi. Ia kesal karena selalu diabaikan. Ketika ia datang hanya sebagian orang yang menyambutnya dengan wajah bahagia. Sebagian besar lainnya masih berkutat dengan tidur mereka, bahkan sebagian lagi memarahi subuh karena terlalu cepat datang. Subuh tak pernah muncul lagi. Apa yang manusia rasa tanpa kehadiran subuh ?
Mereka bukan menyaksikan pertandingan sepak bola, tidak juga menonton artis dangdut yang pamer pinggul. Mata mereka menatap langit dengan cemas. Seorang bapak berpeci memeluk anaknya sembari mengucap potongan ayat suci. Di sudut yang lain seorang perempuan berpakaian sexy hanya bisa menatap langit dengan pandangan kosong. Dia berulang kali melafalkan surat Al-Fatihah, itu satu-satunya potongan ayat suci yang dia hafal.
Sulit menemukan momen ribuan orang berkumpul di tempat yang sama di pukul 3 dini hari. Biasanya masih berkutat dengan kegiatan berbeda. Ada yang masih terlelap, ada yang bergegas ke masjid, ada juga yang sedang bekerja dengan cara mengambil barang di rumah oranglain tanpa permisi.
Kali ini mereka tak akan bisa melakukan itu semua. Terdapat kecemasan yang sama di masing-masing kepala.
Tepatnya tujuh hari yang lalu, beberapa ahli ibadah yang pertama kali tahu. Ada yang berbeda pada hari itu. Mereka mengucap istigfar berkali-kali. Dalam sejarah manusia tak pernah ada kejadian seperti ini. Kejadian pertama mungkin juga terakhir di dunia.
Baru setelah tiga hari semua orang sadar bahkan si tukang tidur sekalipun.
"Subuh telah hilang, subuh telah hilang," teriak pria bertopeng yang sedang menggendong TV dengan sarungnya.
Teriakannya begitu keras sehingga membangunkan beberapa warga yang sedang terlelap. Penampilan pria bertopeng dihiraukan, mereka lebih tertarik menatap langit yang menampilkan matahari tepat di atas kepala mereka.
"Harusnya ini waktu subuh, kok sudah seperti pukul 12 siang," Seorang pria muda mendumel, meski dia tak pernah bangun di waktu subuh tapi dia tahu seharusnya matahari masih malu-malu menunjukan cahayanya.
Peristiwa besar ini menyebar ke seluruh dunia. Semua orang berdoa kepada Tuhan meminta subuh dikembalikan. Indonesia melaksanakan doa bersama di Stadiun Gelora Bung Karno. Di Vatikan ramai dengan orang yang berbondong-bondong mengepal tangannya setinggi dada, mereka meminta agar subuh kembali. Dua kota suci umat Islam tak jauh berbeda, lantunan dzikir bergema berharap sesuatu yang sama.
Sayang sekali, subuh sudah terlanjur marah. Ia merasa diabaikan oleh manusia. Ia meminta kepada Tuhan tak mampu menyapa manusia lagi. Ia kesal karena selalu diabaikan. Ketika ia datang hanya sebagian orang yang menyambutnya dengan wajah bahagia. Sebagian besar lainnya masih berkutat dengan tidur mereka, bahkan sebagian lagi memarahi subuh karena terlalu cepat datang. Subuh tak pernah muncul lagi. Apa yang manusia rasa tanpa kehadiran subuh ?
Allahu...can't imagine it. Hari itu bakal datang. Hari tidak lagi jelas mana malam mana siang.
ReplyDeleteReminder. Tenkyu, Aagil
:(
ReplyDelete😮👏👏
ReplyDeleteMakasii remindernya kagil😁
Remainder.
ReplyDeleteSubuh hilang dan matahari terbit dari barat...hwaaaahhhhhh...kiamat is going to happend 😱😱😱
ReplyDeleteKeren aa Gilang idenya....
Eh, bukannya ini tantangan diposting di website ya???
Keren A, serius
ReplyDeletewoooww
ReplyDeleteKeren
ReplyDeleteKeren banget idenyaaaaaa aa~
ReplyDeleteKerrreeeeen aa gil
ReplyDeleteMantap jiwa a
ReplyDeleteMantap kang
ReplyDeleteWaahhh keren banget aa. Makasih untuk pengingatnya.
ReplyDeleteMasyaAllah keren pisan aa tulisannya. A very good reminder. Good job:)
ReplyDeleteYa Allah a, ini mh tulisan gila nampar bangetz
ReplyDeleteNuhun,reminder utkku🙏😊
Hiks hiks ... sungguh hari itu akan datang
ReplyDeleteHiks hiks ... sungguh hari itu akan datang
ReplyDeleteSadis
ReplyDelete