Puzzle sebelumnya di sini
"Lang, aman ayo cepetan ambil keburu ada orang," Romeo mengamati keadaan sekitar dari balik pintu kelas.
"Bentar-bentar, lagi dicari nih," aku masih mencari benda yang dengan terpaksa harus dicuri sementara.
"Lang cepatan," Raut wajah Romeo nampak panik.
"Udah dapet nih," kemudian berlari menghampiri Romeo.
"Rom, gimana ngga ada yang lihat waktu aku ngambil ini," Benda yang aku curi ditunjukan ke Romeo.
"Aman Lang, ngga ada," masih dengan wajah panik.
"Tapi kenapa wajah kamu panik sampai pucat gitu," Aku mengamati wajah Romeo.
"Lang lang, aku aku," Romeo berlari kencang.
Aku sontak kaget, tanpa diduga Romeo berlari dengan kencangnya. Apakah Romeo akan melaporkan tindakanku ini kepada kepala sekolah ? rasanya tidak mungkin. Kalau Romeo berlari untuk melapor, dia juga akan terbawa masalah. Soalnya ini semua aku lakukan berdasarkan idenya.
Aku terus mengejar Romeo namun dia tak mau berhenti malah berlari lebih cepat daripada sebelumnya.
"Rom, Kamu kenapa ?" Sembari berhenti sejenak aku berteriak namun Romeo tak menoleh sedikitpun. Rasanya aku takkan mampu mengalahkan kecepatan berlarinya. Dia berlari laksana cheatah, begitu kencang persis Cheatah yang sedang mencari mangsa.
Dari kejauhan aku lihat Romeo berbelok hingga dia hilang dari jangkauan mata. Beberapa menit kemudian dia berjalan ke arahku
"Lang, lagi apa seperti orang kecapean," Seketika tanganku mengampit lehernya.
"Tadikan aku lari ngejar kamu. Mau kemana sih kaya orang kesurupan larinya ?. Aku masih kesal dengan tingkah Romeo yang tiba-tiba lari ngga jelas.
"Lepasin dulu dong Lang, nanti ngga bisa nafas nih," Perlahan ampitan tangaku dilehernya dilepas.
"Biasa Lang, panggilan alam jadi udah ngga kuat nahan," Aku masih kebingungan mencerna kata-kata Romeo.
"Panggilan alam, kamu kebelet pipis ?"
"Sebenarnya lebih dari itu Lang," Romeo tertawa, aku melihatnya jijik.
Misi mencuri buku paket kimia milik Cili berhasil, sekalipun merasa perbuatan ini bukan hal yang baik. Aku tak tega membayangkan ekspresi wajah Cili ketika kehilangan buku kimianya, apalagi Pak Arif menempati posisi kedua guru paling ditakuti siswa setelah Pak Herman tentunya. Pak Arif sangat disiplin bahkan tak mentolerir kecerobohan siswanya yang lupa membawa buku paket. Biasanya Pak Arif memerintahkan anak yang tidak membawa buku paket untuk menunggu diluar. Dia beralasan anak yang seperti itu belum memiliki semangat belajar.
Sudah barang tentu siswa akan takut dengan konsekuensi yang Pak Arif tentukan, apalagi kimia adalah pelajaran utama dijurusan IPA, tidak masuk sekali saja akan mendampak besar pada nilai.
Dengan alasan itu Romeo punya ide gila untuk mencuri sementara buku paket kimia milik Cili. Lalu secara super hero, aku menyerahkan buku miliku untuknya. Pasti dengan tindakan yang aku lakukan Cili akan luluh.
Memang brilian ide Romeo persis dengan adegan di film-film Korea yang kebanyakan berakhir bahagia, namun tetap saja aku merasa bersalah dengan Cili.
30 menit berlalu, satu persatu siswa masuk kembali ke kelas. Mereka mengeluarkan buku kimia sambil menunggu Pak Arif datang. Di depanku Cili nampak panik.
"Lang, aman ayo cepetan ambil keburu ada orang," Romeo mengamati keadaan sekitar dari balik pintu kelas.
"Bentar-bentar, lagi dicari nih," aku masih mencari benda yang dengan terpaksa harus dicuri sementara.
"Lang cepatan," Raut wajah Romeo nampak panik.
"Udah dapet nih," kemudian berlari menghampiri Romeo.
"Rom, gimana ngga ada yang lihat waktu aku ngambil ini," Benda yang aku curi ditunjukan ke Romeo.
"Aman Lang, ngga ada," masih dengan wajah panik.
"Tapi kenapa wajah kamu panik sampai pucat gitu," Aku mengamati wajah Romeo.
"Lang lang, aku aku," Romeo berlari kencang.
Aku sontak kaget, tanpa diduga Romeo berlari dengan kencangnya. Apakah Romeo akan melaporkan tindakanku ini kepada kepala sekolah ? rasanya tidak mungkin. Kalau Romeo berlari untuk melapor, dia juga akan terbawa masalah. Soalnya ini semua aku lakukan berdasarkan idenya.
Aku terus mengejar Romeo namun dia tak mau berhenti malah berlari lebih cepat daripada sebelumnya.
"Rom, Kamu kenapa ?" Sembari berhenti sejenak aku berteriak namun Romeo tak menoleh sedikitpun. Rasanya aku takkan mampu mengalahkan kecepatan berlarinya. Dia berlari laksana cheatah, begitu kencang persis Cheatah yang sedang mencari mangsa.
Dari kejauhan aku lihat Romeo berbelok hingga dia hilang dari jangkauan mata. Beberapa menit kemudian dia berjalan ke arahku
"Lang, lagi apa seperti orang kecapean," Seketika tanganku mengampit lehernya.
"Tadikan aku lari ngejar kamu. Mau kemana sih kaya orang kesurupan larinya ?. Aku masih kesal dengan tingkah Romeo yang tiba-tiba lari ngga jelas.
"Lepasin dulu dong Lang, nanti ngga bisa nafas nih," Perlahan ampitan tangaku dilehernya dilepas.
"Biasa Lang, panggilan alam jadi udah ngga kuat nahan," Aku masih kebingungan mencerna kata-kata Romeo.
"Panggilan alam, kamu kebelet pipis ?"
"Sebenarnya lebih dari itu Lang," Romeo tertawa, aku melihatnya jijik.
Misi mencuri buku paket kimia milik Cili berhasil, sekalipun merasa perbuatan ini bukan hal yang baik. Aku tak tega membayangkan ekspresi wajah Cili ketika kehilangan buku kimianya, apalagi Pak Arif menempati posisi kedua guru paling ditakuti siswa setelah Pak Herman tentunya. Pak Arif sangat disiplin bahkan tak mentolerir kecerobohan siswanya yang lupa membawa buku paket. Biasanya Pak Arif memerintahkan anak yang tidak membawa buku paket untuk menunggu diluar. Dia beralasan anak yang seperti itu belum memiliki semangat belajar.
Sudah barang tentu siswa akan takut dengan konsekuensi yang Pak Arif tentukan, apalagi kimia adalah pelajaran utama dijurusan IPA, tidak masuk sekali saja akan mendampak besar pada nilai.
Dengan alasan itu Romeo punya ide gila untuk mencuri sementara buku paket kimia milik Cili. Lalu secara super hero, aku menyerahkan buku miliku untuknya. Pasti dengan tindakan yang aku lakukan Cili akan luluh.
Memang brilian ide Romeo persis dengan adegan di film-film Korea yang kebanyakan berakhir bahagia, namun tetap saja aku merasa bersalah dengan Cili.
30 menit berlalu, satu persatu siswa masuk kembali ke kelas. Mereka mengeluarkan buku kimia sambil menunggu Pak Arif datang. Di depanku Cili nampak panik.
Aa usil deh
ReplyDeleteBakat kayaknya buat orang kalut..
ReplyDeleteAha.. pengalaman punya anak, begitulah seninya
ReplyDelete