Seorang perempuan berjilbab memegang microphone, dia bukan penyanyi, bukan juga stand up comedy. Dia seorang peserta dalam lauching buku "Cinta dalam ikhlas" karya Kang Abay. Awalnya dia mengucapkan salam kemudian bercerita tentang sesuatu.
Dia adalah satu-satunya dari 7 bersaudara yang berkuliah, sudah barang tentu menjadi kebanggaan orangtuanya, namun dengan wajah memerah dia melanjutkan cerita. Katanya ketika pertemuan keluarga besar terutama di moment idul fitri, hampir semuanya keluarga besarnya selalu menanyakan kapan nikah.
Ayahnya kesal dan berkata
"Suatu saat nanti dia akan menikah dengan seorang ustadz yang bergelar S2."
Tiga bulan kemudian perkataan yang sang mulai menemukan titik terang. Perempuan itu sedang dekat dengan seorang Dai yang mengikuti kompetisi pencarian Dai muda di salah satu stasiun televisi, hal mengejutkan lagi dia sudah bergelar magister. Ketika sang pria mengatakan mencintainya, dia tak percaya mana mungkin seseorang yang secara kasta sosial lebih tinggi bisa terpaut hatinya.
Beberapa bulan berlalu dia tak memberi kepastian tentang hubungan dengan pria itu, berselang beberapa bulan dia menerima kabar bahwa Sang dai idaman akan melangsungkan pernikahan. Dia menyesal tidak memberi kepastian hingga kini dia masih menyesali atas tidak beraninya mengambil keputusan.
Kang Abay menanggapi persoalan perempuan itu dengan wajah meneduhkan.
"Allah mahatahu yang terbaik untuk Hambanya, mungkin saat ini belum berjodoh dengan seorang Ustadz yang bergelar S2. Suatu saat nanti siapa tahu berjodoh dengan seorang Ustadz yang sekaligus seorang pengusaha,"
Semua peserta berseru mengaminkan.
Perkara jodoh kita tak punya kekuatan untuk memaksa si dia agar berjodoh dengan kita. Kita yang berikhtiar dan serahkan sisanya pada ketetapan Illahi.
Dia adalah satu-satunya dari 7 bersaudara yang berkuliah, sudah barang tentu menjadi kebanggaan orangtuanya, namun dengan wajah memerah dia melanjutkan cerita. Katanya ketika pertemuan keluarga besar terutama di moment idul fitri, hampir semuanya keluarga besarnya selalu menanyakan kapan nikah.
Ayahnya kesal dan berkata
"Suatu saat nanti dia akan menikah dengan seorang ustadz yang bergelar S2."
Tiga bulan kemudian perkataan yang sang mulai menemukan titik terang. Perempuan itu sedang dekat dengan seorang Dai yang mengikuti kompetisi pencarian Dai muda di salah satu stasiun televisi, hal mengejutkan lagi dia sudah bergelar magister. Ketika sang pria mengatakan mencintainya, dia tak percaya mana mungkin seseorang yang secara kasta sosial lebih tinggi bisa terpaut hatinya.
Beberapa bulan berlalu dia tak memberi kepastian tentang hubungan dengan pria itu, berselang beberapa bulan dia menerima kabar bahwa Sang dai idaman akan melangsungkan pernikahan. Dia menyesal tidak memberi kepastian hingga kini dia masih menyesali atas tidak beraninya mengambil keputusan.
Kang Abay menanggapi persoalan perempuan itu dengan wajah meneduhkan.
"Allah mahatahu yang terbaik untuk Hambanya, mungkin saat ini belum berjodoh dengan seorang Ustadz yang bergelar S2. Suatu saat nanti siapa tahu berjodoh dengan seorang Ustadz yang sekaligus seorang pengusaha,"
Semua peserta berseru mengaminkan.
Perkara jodoh kita tak punya kekuatan untuk memaksa si dia agar berjodoh dengan kita. Kita yang berikhtiar dan serahkan sisanya pada ketetapan Illahi.
Benar sekali
ReplyDelete