Puzzle sebelumnya baca di sini
Sepulang sekolah aku tak langsung menuju rumah, rasanya beban kepala harus dihilangkan sejenak. Bagiku ada beberapa cara menghilangkan penat di kepala, salah satunya ialah makan. Warung Ceu Oyom menjadi tujuanku sekalipun tadi pagi peristiwa yang tidak terduga terjadi di tempat yang kutuju saat ini.
"Eh, Gilang. Kumaha Eneng nu tadi entos sehat," Sembari melayani pelanggan Ceu Oyom bertanya tentang keadaannya.
"Cili namanya," Aku menjawab singkat.
"Oh Cili kos kieu sanes, " Ceu Oyom mencoba bercanda dengan menunjukan cabe ditangannya.
Aku tak bereaksi dengan candaan yang dilontarkannya. Ceu Oyom beberapa detik tertawa lalu berhenti seketika.
"Lang, kamu teu kunanaon ? " Ceu Oyom bertanya tentang kondisiku.
" Ngga Ceu, tadi Cili langsung dibawa ke UKS. Terus kita dihukum sama Ayahnya."
"Ayahnya ? Pak Herman."
"Iya Ceu,"
"Duh sial pisan kamu Lang." Ceu Oyom menunjukan wajah prihatin.
"Entos we Ceu, pesen nasi goreng esktra pedes satu."
Untuk menenangkan suasana hati aku memesan nasi goreng esktra pedas buatan Ceu Oyom. Dalam masalah pedas tubuhnya selalu bisa bertahan. Aku selalu melampiaskan masalah pada makanan pedas, bahkan pernah suatu hari saking kesalnya menghadapi suatu masalah, pernah makan makanan pedas sampai muntah. Tapi sesudahnya pikiran menjadi sedikit lebih tenang. Mungkin saja masalahnya kalah dengan rasa pedas. Memang tidak baik tapi setidaknya lebih baik daripada mengonsumsi obat terlarang guna melampiaskan masalah.
Beberapa menit berlalu nasi goreng buatan Ceu Oyom sudah aku lahap dengan tempo sesingkat-singkatnya. Ingin rasanya nambah namun apa boleh dikata keadaan dompet tidak mendukung. Sambil merasakan pedas di mulut, aku melihat Romeo yang berjalan ke arahku.
"Lang, aku tahu masalahmu." Dia tiba-tiba menepuk pundak.
Aku tidak menjawab karena mulut masih terasa pedas.
"Lang, aku akan bantu kamu."
Aku masih tidak menjawab.
"Lang, kamu ini cowok. Jangan cuma karena masalah ini sampai nangis gitu." Dia melihat wajahku yang memerah.
"Ini lagi kepedasan tahu, kamu ngomong mulu."
"Pesen minum dulu kali, biar ngga pedes."
"Ngga punya uang," Romeo menghampiri Ceu Oyom.
"Ceu, kasih minum teh manis buat Gilang. Aku yang bayar."
"Hutang maneh ge belum lunas Romeo," Wajahnya Ceu Oyom nampak marah karena Romeo kembali berhutang
"Yaudah Ceu ngutang lagi."
Akhirnya kepedasan yang aku rasa sirna berkat perantara minuman hasil ngutang Romeo.
"Rom, tadi kamu punya ide. Ide apa ?" Romeo belas pertanyaanku dengan berbisik.
Aku rasa ide Romeo cukup gila namun apa salahnya aku lakukan.
Sepulang sekolah aku tak langsung menuju rumah, rasanya beban kepala harus dihilangkan sejenak. Bagiku ada beberapa cara menghilangkan penat di kepala, salah satunya ialah makan. Warung Ceu Oyom menjadi tujuanku sekalipun tadi pagi peristiwa yang tidak terduga terjadi di tempat yang kutuju saat ini.
"Eh, Gilang. Kumaha Eneng nu tadi entos sehat," Sembari melayani pelanggan Ceu Oyom bertanya tentang keadaannya.
"Cili namanya," Aku menjawab singkat.
"Oh Cili kos kieu sanes, " Ceu Oyom mencoba bercanda dengan menunjukan cabe ditangannya.
Aku tak bereaksi dengan candaan yang dilontarkannya. Ceu Oyom beberapa detik tertawa lalu berhenti seketika.
"Lang, kamu teu kunanaon ? " Ceu Oyom bertanya tentang kondisiku.
" Ngga Ceu, tadi Cili langsung dibawa ke UKS. Terus kita dihukum sama Ayahnya."
"Ayahnya ? Pak Herman."
"Iya Ceu,"
"Duh sial pisan kamu Lang." Ceu Oyom menunjukan wajah prihatin.
"Entos we Ceu, pesen nasi goreng esktra pedes satu."
Untuk menenangkan suasana hati aku memesan nasi goreng esktra pedas buatan Ceu Oyom. Dalam masalah pedas tubuhnya selalu bisa bertahan. Aku selalu melampiaskan masalah pada makanan pedas, bahkan pernah suatu hari saking kesalnya menghadapi suatu masalah, pernah makan makanan pedas sampai muntah. Tapi sesudahnya pikiran menjadi sedikit lebih tenang. Mungkin saja masalahnya kalah dengan rasa pedas. Memang tidak baik tapi setidaknya lebih baik daripada mengonsumsi obat terlarang guna melampiaskan masalah.
Beberapa menit berlalu nasi goreng buatan Ceu Oyom sudah aku lahap dengan tempo sesingkat-singkatnya. Ingin rasanya nambah namun apa boleh dikata keadaan dompet tidak mendukung. Sambil merasakan pedas di mulut, aku melihat Romeo yang berjalan ke arahku.
"Lang, aku tahu masalahmu." Dia tiba-tiba menepuk pundak.
Aku tidak menjawab karena mulut masih terasa pedas.
"Lang, aku akan bantu kamu."
Aku masih tidak menjawab.
"Lang, kamu ini cowok. Jangan cuma karena masalah ini sampai nangis gitu." Dia melihat wajahku yang memerah.
"Ini lagi kepedasan tahu, kamu ngomong mulu."
"Pesen minum dulu kali, biar ngga pedes."
"Ngga punya uang," Romeo menghampiri Ceu Oyom.
"Ceu, kasih minum teh manis buat Gilang. Aku yang bayar."
"Hutang maneh ge belum lunas Romeo," Wajahnya Ceu Oyom nampak marah karena Romeo kembali berhutang
"Yaudah Ceu ngutang lagi."
Akhirnya kepedasan yang aku rasa sirna berkat perantara minuman hasil ngutang Romeo.
"Rom, tadi kamu punya ide. Ide apa ?" Romeo belas pertanyaanku dengan berbisik.
Aku rasa ide Romeo cukup gila namun apa salahnya aku lakukan.
Kalian ngerencanain apa sih?
ReplyDeleteAku jadi penasaran, kalian nulisnya gmn sih?? Sendiri2 atau sudah punya outline 😀😀
ReplyDeletejangan bisik-bisik, aku sudah tau.
ReplyDelete😁