Aku dan kamu ditakdirkan berbagi rasa. Melintasi kehidupan baru bersama. Sejak pertama bertemu aku menaruh suka, seolah sang peri cinta memanah hati tepat di dada. Banyak persamaan di antara kita. Lekuk tubuh hingga sampai rambutmu, yang berbeda hanya ukuran badan kita
Berbagai jalan kehidupan pernah kita lalui bersama. Tanjakan yang menghujam tubuh, turunan yang bisa saja membuat kita terjatuh. Kau selalu punya kata ajaib agar tak ada rasa takut dalam diriku.
"Tenang, kemanapun kamu berjalan selalu ada aku yang menjaga," Ketika kau berkata seperti itu, simpul senyum menghiasi wajahku.
Meski kita kemanapun bersama bahkan ketika tidur. Kau tak pernah berani menyentuhku. Aku kagum dengan segala sikapmu. Tak seperti orang itu yang berani menyentuh ketika ku tergolek lemas karena luka yang menghujam dada. Sayangnya, kejadian itu yang membuatku kecewa terhadapmu.
Kau tak pernah melarang ketika ada orang menyentuh. Bahkan kau mengikhlaskan dengan alasan untuk kebaikanku. Itu saja hal yang tak aku suka darimu.
Berbagai jalan kehidupan pernah kita lalui bersama. Tanjakan yang menghujam tubuh, turunan yang bisa saja membuat kita terjatuh. Kau selalu punya kata ajaib agar tak ada rasa takut dalam diriku.
"Tenang, kemanapun kamu berjalan selalu ada aku yang menjaga," Ketika kau berkata seperti itu, simpul senyum menghiasi wajahku.
Meski kita kemanapun bersama bahkan ketika tidur. Kau tak pernah berani menyentuhku. Aku kagum dengan segala sikapmu. Tak seperti orang itu yang berani menyentuh ketika ku tergolek lemas karena luka yang menghujam dada. Sayangnya, kejadian itu yang membuatku kecewa terhadapmu.
Kau tak pernah melarang ketika ada orang menyentuh. Bahkan kau mengikhlaskan dengan alasan untuk kebaikanku. Itu saja hal yang tak aku suka darimu.
Ketika ada seseorang yang dengan paksa menodaiku, engaku malah diam tak berdaya sembari melafalkan doa. Aku tak mengerti dengan sikapmu. tak adakah sedikitpun rasa cemburu terhadapku. Bukankah cinta dibuktikan dari seberapa besar rasa cemburu ?
Untuk kesekian kali, lelaki kotor itu menyentuhku lagi, dan tetap saja reaksimu sama, diam tak berbuat apa-apa. Karena lelaki kotor itu juga tubuhku kembali melebar. Engkau tak marah malah tersenyum lalu berkata.
"Syukurlah ban depan, kau telah dipompa jadi kita bisa melaju bersama," Seru Ban belakang yang menatapku penuh sukacita
Kiraiiiiiiin...
ReplyDeleteWkwkwkwk jangan2 ban motor saya juga tadi ngomong begitu 😂😂
ReplyDelete