Puzzle 6
Sebenarnya sedang meragu dengan sesuatu yang ingin aku lakukan hari ini, tetapi sebagai lelaki sejati pantang bimbang dengan rencanya sendiri. Kali ini akan memberi salam perkenalan kepada gadis baru itu. Dia harus tahu aku lelaki keren yang bisa lakukan hal-hal diluar kebiasaan.
Bel istirahat telah berbunyi. Anak-anak lain bergegas mengisi perut mereka dengan segala macam jenis makanan. Aku melakukan hal berbeda, masih di bangku sambil menatap anak baru itu. Dia tetap duduk di tempatnya seolah tak berniat untuk latah mengisi perutnya. Di kelas ini tinggal aku berdua dengannya. Pertama kali merasakan gugup untuk mengawali kejahilan, ah aku tak boleh lemah.
Dengan kekuatan tak kenal malu, aku mendekati anak baru itu.
" Hai Cili, "
Dia masih diam saja sembari memasang wajah acuhnya.
" Hai Cili, kamu bisa lihat aku kan ? "
Dia tetap saja acuh seolah tak melihat apapun.
"Jangan-jangan aku udah jadi hantu, masa dia nggak bisa lihat."
"Aku bisa lihat kamu kok."
"Syukur deh, aku nggak jadi hantu beneran. eh kenapa sih kamu diam terus tadi ? "
"Aku lagi males bicara sama kamu ? " Menampilkan raut wajah juteknya.
"Eh, jangan males loh nggak baik. Sebagai pelajar jauhi rasa malas. Nanti bagaimana nasib bangsa Indonesia jika pelajarnya malas terus seperti kamu. "
"Kamu ini siapa sih ? bicaranya aneh terus."
"Cie mau kenalan. Okey kalau maksa aku kasih tahu. Namaku Gilang, ketua kelas di sini."
"Oh."
"Kok cuma oh sih, harusnya kamu bangga bisa kenalan langsung dengan orang keren seperti aku."
"Cape ah ngomong dengan kamu. Aku makan dulu mau ? "
"Kalau kamu maksa lagi aku sih mau-mau aja."
"Perasaan aku nggak maksa."
"Yaudah sini aku cicipin."
Makanan yang dia bawa sungguh enak. Tingkat enaknya berada pada tingkat yang sama dengan masakan ibuku. Tak terasa niat awalnya mencicipi tapi kenyataannya bekal makan dia habis dilahap olehku. Niat awal ingin menjahili sedikit berkurang karena dia sudah berbaik hati memberikanku makan. Aku juga masih memiliki rasa kemanusiaan, tak mungkin tega berbuat jahil kepada orang yang telah membuat perutku kenyang.
"Bekal makanmu lumayan enak."
"Lumayan kok sampai habis."
"Udah ah jangan bahas masalalu. Sekarang hampir bel masuk. Oh iya, Aku sebagai ketua kelas minta nomor kamu deh. Siapa tahu nanti ada informasi penting mengenai sekolah."
Nomornya HPnya sudah kudapat dengan siasat pura-pura menjadi ketua kelas. Tak apa misi jahilku gagal yang penting perut kenyang, hati senang karena punya nomor HP dia. Ah apakah aku suka ke anak baru itu ?
Sebenarnya sedang meragu dengan sesuatu yang ingin aku lakukan hari ini, tetapi sebagai lelaki sejati pantang bimbang dengan rencanya sendiri. Kali ini akan memberi salam perkenalan kepada gadis baru itu. Dia harus tahu aku lelaki keren yang bisa lakukan hal-hal diluar kebiasaan.
Bel istirahat telah berbunyi. Anak-anak lain bergegas mengisi perut mereka dengan segala macam jenis makanan. Aku melakukan hal berbeda, masih di bangku sambil menatap anak baru itu. Dia tetap duduk di tempatnya seolah tak berniat untuk latah mengisi perutnya. Di kelas ini tinggal aku berdua dengannya. Pertama kali merasakan gugup untuk mengawali kejahilan, ah aku tak boleh lemah.
Dengan kekuatan tak kenal malu, aku mendekati anak baru itu.
" Hai Cili, "
Dia masih diam saja sembari memasang wajah acuhnya.
" Hai Cili, kamu bisa lihat aku kan ? "
Dia tetap saja acuh seolah tak melihat apapun.
"Jangan-jangan aku udah jadi hantu, masa dia nggak bisa lihat."
"Aku bisa lihat kamu kok."
"Syukur deh, aku nggak jadi hantu beneran. eh kenapa sih kamu diam terus tadi ? "
"Aku lagi males bicara sama kamu ? " Menampilkan raut wajah juteknya.
"Eh, jangan males loh nggak baik. Sebagai pelajar jauhi rasa malas. Nanti bagaimana nasib bangsa Indonesia jika pelajarnya malas terus seperti kamu. "
"Kamu ini siapa sih ? bicaranya aneh terus."
"Cie mau kenalan. Okey kalau maksa aku kasih tahu. Namaku Gilang, ketua kelas di sini."
"Oh."
"Kok cuma oh sih, harusnya kamu bangga bisa kenalan langsung dengan orang keren seperti aku."
"Cape ah ngomong dengan kamu. Aku makan dulu mau ? "
"Kalau kamu maksa lagi aku sih mau-mau aja."
"Perasaan aku nggak maksa."
"Yaudah sini aku cicipin."
Makanan yang dia bawa sungguh enak. Tingkat enaknya berada pada tingkat yang sama dengan masakan ibuku. Tak terasa niat awalnya mencicipi tapi kenyataannya bekal makan dia habis dilahap olehku. Niat awal ingin menjahili sedikit berkurang karena dia sudah berbaik hati memberikanku makan. Aku juga masih memiliki rasa kemanusiaan, tak mungkin tega berbuat jahil kepada orang yang telah membuat perutku kenyang.
"Bekal makanmu lumayan enak."
"Lumayan kok sampai habis."
"Udah ah jangan bahas masalalu. Sekarang hampir bel masuk. Oh iya, Aku sebagai ketua kelas minta nomor kamu deh. Siapa tahu nanti ada informasi penting mengenai sekolah."
Nomornya HPnya sudah kudapat dengan siasat pura-pura menjadi ketua kelas. Tak apa misi jahilku gagal yang penting perut kenyang, hati senang karena punya nomor HP dia. Ah apakah aku suka ke anak baru itu ?
Cinta pada pandangan pertama, cieee...
ReplyDelete