Berbagai kisah mewarnai kehidupan manusia selama hidup di dunia, pencapaian luarbiasa hingga kisah kelam penuh darah pernah terjadi. Salah satu catatan hitam ialah Genosida.
Istilah genosida atau pembunuhan massal terus terjadi hingga kini.Tetangga Indonesia, Kamboja pada tahun 1975-1978 pernah menggoreskan kisah kelam genosida. Pelaku utamanya ialah Khmer merah, 2 juta jiwa melayang. Di benua Eropa tepatnya Jerman, pada tahun 1939-1945 dilakukan genosida oleh Nazi dengan puncak pimpinan Adolf Hilter, diperkiraan 11 juta Yahudi jadi korban atas kekejamannya.
Tak kalah sadis yang terjadi di Tiongkok, Revolusi budaya yang dipelopori Mao Zedong memangsa 45-70 juta nyawa. Peristiwa itu menjadi catatan kelam di tahun 1966-1976. Di tanah air, Indonesia. Seolah tak mau kalah mencatatkan peristiwa genosida dengan jumlah korban luarbiasa. Hampir setengah juta warga menjadi korban. Dugaan anggota PKI melatarbelakangi peristiwa ini.
Genosida tak lekang oleh zaman. Banyak yang menduga genosida tengah berlangsung di Korea utara kini. Di belahan bumi lain seperti Gaza dan Aleppo, tengah terjadi perang yang berujung pada kejadian serupa, pemusnahan massal manusia.
Perebutan kekuasaan, politik serta gesekan agama menjadi percikan api paling panas untuk menyulut genosida. Nyawa manusia ibarat sampah yang dengan mudahnya dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Kedamaian yang disuarakan sejak dulu hanya menjadi wacana dalam kepala.
Nafsu meniadakan sifat lahiriah manusia. Sejatinya hati nurani menjadi benteng paling kokoh untuk meniadakan alasan menyakiti oranglain. Namun kesalahan di masa lalu tak cukup ampuh untuk menekan nafsu membunuh. Kejadian pembunuhan sadis di Pulomas menjadi goresan lain bahwa ketika manusia kehilangan rasa sayang, ia mampu berubah menjadi sesuatu yang lebih kejam dari binatang.
Istilah genosida atau pembunuhan massal terus terjadi hingga kini.Tetangga Indonesia, Kamboja pada tahun 1975-1978 pernah menggoreskan kisah kelam genosida. Pelaku utamanya ialah Khmer merah, 2 juta jiwa melayang. Di benua Eropa tepatnya Jerman, pada tahun 1939-1945 dilakukan genosida oleh Nazi dengan puncak pimpinan Adolf Hilter, diperkiraan 11 juta Yahudi jadi korban atas kekejamannya.
Tak kalah sadis yang terjadi di Tiongkok, Revolusi budaya yang dipelopori Mao Zedong memangsa 45-70 juta nyawa. Peristiwa itu menjadi catatan kelam di tahun 1966-1976. Di tanah air, Indonesia. Seolah tak mau kalah mencatatkan peristiwa genosida dengan jumlah korban luarbiasa. Hampir setengah juta warga menjadi korban. Dugaan anggota PKI melatarbelakangi peristiwa ini.
Genosida tak lekang oleh zaman. Banyak yang menduga genosida tengah berlangsung di Korea utara kini. Di belahan bumi lain seperti Gaza dan Aleppo, tengah terjadi perang yang berujung pada kejadian serupa, pemusnahan massal manusia.
Perebutan kekuasaan, politik serta gesekan agama menjadi percikan api paling panas untuk menyulut genosida. Nyawa manusia ibarat sampah yang dengan mudahnya dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Kedamaian yang disuarakan sejak dulu hanya menjadi wacana dalam kepala.
Nafsu meniadakan sifat lahiriah manusia. Sejatinya hati nurani menjadi benteng paling kokoh untuk meniadakan alasan menyakiti oranglain. Namun kesalahan di masa lalu tak cukup ampuh untuk menekan nafsu membunuh. Kejadian pembunuhan sadis di Pulomas menjadi goresan lain bahwa ketika manusia kehilangan rasa sayang, ia mampu berubah menjadi sesuatu yang lebih kejam dari binatang.
Sepertinya mereka sudah menjadi iblis yg telah kehilangan nurani
ReplyDeleteBetul banget bun
DeleteNgerii, menyedihkan..
ReplyDelete