Jarak adalah cerita bersambung. Agar mengetahui benang merah cerita silakan baca bagian sebelumnya "Jarak 19"
Soleh datang dengan penuh kehangatan. Mencoba menyembunyikan rasa sakit akibat pukulan Pak Adnan, namun naluri seorang istri tak bisa dibohongi. Nina memperhatikan hal tak biasa di raut wajah Soleh. Seolah menahan kesakitan ditubuhnya. Soleh mencoba mengalihkan perhatian istrinya dengan penyapa Bu Mey.
Soleh datang dengan penuh kehangatan. Mencoba menyembunyikan rasa sakit akibat pukulan Pak Adnan, namun naluri seorang istri tak bisa dibohongi. Nina memperhatikan hal tak biasa di raut wajah Soleh. Seolah menahan kesakitan ditubuhnya. Soleh mencoba mengalihkan perhatian istrinya dengan penyapa Bu Mey.
"Eh Bu Mey sudah lama singgah di gubuk kami ? "
senyum Soleh mengembang menandakan hormatnya kepada teman masa lalu istrinya.
"Baru tadi Pak Soleh. Sekali kunjungan ke teman lama
dan hal yang mau diperbincangkan tentang Gilang," Mey membalas senyum
Soleh. Berusaha memulai menyampaikan masalah Gilang.
"Apakah di sekolah Gilang nakal, Bu Mey ? Ceritakan
saja kami akan berusaha menasehatinya nanti," Nina berusaha menimpali
percakapan tentang anaknya.
"Sebenarnya tadi pagi Gilang berkelahi, Bu Nina, Pak
Soleh. Berkelahi dengan Adli, anaknya ketua komite," Bu Mey mengawali
cerita dengan nada berhati-hati.
"Ketua komite, Pak Adnan. Mey ?" saking
terkejutnya Nina lupa bahwa percakapan ini bukan percakapan antara teman lama,
tetapi percakapan seorang wali kelas dengan orangtua siswa.
"Iya Nin, kita bicara dalam konteks sahabat lama saja
yah ? Bukan guru dan orangtua siswa," Mey seolah bisa membaca kekhwatiran
Nina.
"Aku, khawatir Nina, Soleh jika Adli melebih-lebihkan
perkelahiannya Gilang. Ayahnya pasti bertindak. Bukan suatu hal mustahil
kejadian terburuk diterima Gilang," Mey kembali mengatur nada bicara agar
sahabat lamanya bisa langsung mengerti maksudnya.
"Maksudmu kejadian terburuk seperti apa. Gilang bisa
dikeluarkan ?" Nina menarik napas dalam dikata terakhir berharap agar
anaknya tetap bisa sekolah.
"Lebih buruk dari itu Nin," Bu mey menampilkan
raut wajah khawatir sembari berharap prediksinya tidak menjadi kenyataan.
Soleh melamun berusaha memahami setiap kata yang
dikeluarkan Mey. Mencermati hal-hal apa saja yang dapat terjadi. Soleh sudah
tahu seperti apa watak Bosnya, Pak Adnan. Ia sosok tangan besi tak mau
mendengarkan pendapat orang lain. Anak satu-satunya bernama Adli, tentu anak
yang paling ia sayang segala kemauannya akan Pak Adnan penuhi.
Teringat ketika Soleh dipukuli Pak Adnan. Rasa marahnya tak
terbendung. Perasaan tak mengenakan kembali hinggap di dada Soleh. Khawatir
dengan keadaan anaknya nanti. Titik lelah Soleh tak bisa disembunyikan. Paduan
lelah fisik dan psikis membuat kondisinya sangat drop. Seketika pandangan Soleh berubah gelap. Ia tersungkur
dihadapan Nina dan Mey.
Ayahnya Gilang pingsan...sedih.bacanya
ReplyDeleteAyahnya Gilang pingsan...sedih.bacanya
ReplyDeleteKomite sekolah ko macam tu, ya... hmm engga abis pikir, hihi
ReplyDeleteAyo pak soleh, bicarakan... Tenang saja, istrimu akan merubah segalanya menjadi lbh mudah... Juga bu mey yg baik hati.
ReplyDeleteKasihan pak soleh.. 😢😢
ReplyDeletesemoga Gilang masih tetap bisa bersekolah
ReplyDelete