Jarak adalah cerita bersambung. Agar mengetahui benang merah cerita silakan baca bagian sebelumnya "Jarak 18"
Jarum jam berputar mundur dipikiran Mey. Ia sangat ingat 15
tahun lalu Nina datang padanya dengan derai air tak berhenti mengalir di
pelupuk mata. Cinta selalu menemukan jalannya yang aneh. Tidak terduga
sebelumnya seorang pria pengangguran bernama Soleh mampu meluluhkan hati gadis
berpendidikan yang berasal dari keluarga kaya raya, Nina.
Sejak peristiwa penyiraman air yang dilakukan Nina.
Benih-benih cinta bergejolak di hati Soleh. Belum pernah ia merasakan sesak di
dada pertanda cinta. Awalnya Nina benci dengan Soleh. Banyak alasan yang
melatarbelakingi kebenciannya. Ia tidur di depan tokonya, tersenyum menggelikan
ketika di siram. Membuntuti kemanapun Nina pergi. Kesal itulah yang dirasakan
Nina tapi semua rasa bencinya seketika hilang setelah peristiwa yang mengubah
benci jadi cinta.
Malam itu Nina pulang sendiri. Kegiatan Unit mahasiswa
memaksanya pulang larut. Di gerbang kampus yang sepi. Nina mendengar suara
langkah kaki. Pikiran melayang ke pria yang mengesalkannya akhir-akhir ini
"Pasti dia mengikutiku," Ketus Nina.
Langkah kaki semakin mendekat menghampiri Nina. Ternyata
yang muncul bukan Soleh. Pria berbadan tegap tersenyum penuh arti. Membawa
pisau seolah akan menguliti Nina. Ia sudah tahu sesuatu yang buruk akan
terjadi.
"Neng geulis. Minta duitlah," masih senyum
sembari memainkan pisau.
Nina bergetar. Ia merogoh sakunya mencari uang bernilai
paling kecil. Sepuluh ribu diberikan kepada preman itu.
"Maneh, ngahina, " Teriakan keras tanda tak
terima dengan nominal rupiah yang diberikan.
"Hoyong sabaraha Kang ?" dengan suara terbata-bata
Nina meminta preman itu menyebutkan nominal yang ia mau.
"Kabeh duit maneh, plus Neng geulis temenin Akang
malam ieu," ekspresi marah berubah menjadi menggoda.
Tendangan dari Nina menjadi jawaban atas perkataan kotor
preman. Lesakan tendangan membuat pria kekar itu mundur beberapa langkah.
Preman tersenyum tendangan Nina dianggap seperti sentuhan romantis.
Pria kekar itu menyergap Nina. Memegang tangannya.
Perbuatan tercela sebentar lagi akan preman itu lakukan. Secepat kilat pemuda
kurus mengarahkan kepalan tangan dengan kecepatan luarbiasa. Cengkraman tangan
preman terlepas dari Nina.
Nina berlari sekilas melihat wajah Pria juru selamatnya.
Pria yang ia benci sekarang menyelamatkan harga dirinya.
Soleh berhadapkan dengan pria kekar. Tampak tak sebanding
memang, namun dibalik tubuh kurusnya Soleh sudah terlatih menghadapi
perkelahian. Kerasnya kehidupan membuatnya harus bermain dengan pukulan.
Kali ini preman menggunakan pisau untuk melawan Soleh. Ia
menerjang mengarahkan pisau ke perut Soleh. Soleh menghindar berbalik badan
kemudian mengeluarkan tendangan keras tepat di tangan preman tersebut. Pisaunya
terlepas. Perkelahian tangan dimulai.
Preman itu kesulitan menghadapi paduan kekuatan dan
kelincahan Soleh. Pria kekar terdesak. Nina kagum dengan beladiri yang dikuasai
Soleh. Pria yang selalu mengikutinya kemanapun. Soleh tersenyum melihat ke arah
Nina. Cinta membuatnya lengah. Tanpa diduga preman itu sudah memegang pisau
melesakan ke perut Soleh. Soleh terkapar, preman gemetar tujuannya bukan
membunuh orang. Ia lari sekencang-kencangnya tak mau dihukum karena membunuh.
Nina panik, ia mendekati Soleh yang sedang kesakitan. Nina
berpikiran cepat menelpon sahabatnya Mey untuk membawa kendaraan. Mengantar
Soleh ke rumah sakit terdekat.
Kenangan yang diceritakan Nina kepada Mey terlintas begitu
saja. Sejenak berhenti ketika ketukan pintu menghampiri rumah Nina.
Pria yang dibayangkan datang dengan wajah peluh pertanda
lelah luarbiasa yang dirasa. Soleh pulang dari tempatnya bekerja.
Benci jadi cinta,
ReplyDeleteCinta akan menemukan jalannya...
ReplyDeleteHati-hati dengan benci.
ReplyDeletebenci berbalik cinta
ReplyDeletesholeh = hero
ReplyDeleteSoleh sang pahlawan, kasihan Lang.
ReplyDeleteGimana lukanya?