Degradasi moral kian terasa. Kepedulian terhadap sesama
perlahan mulai pudar. Semboyan gotong royong seperti pepesan kosong. Berbagai
permasalahan hadir di negeri pertiwi. Kasus korupsi semakin menjadi. Narkoba
menyasar segala lapisan. Belum lagi teroris, lambat laun menunjukan taji. Kasus
pelecehan terhadap anak di bawah umur pun seolah tak mau kehilangan pamor.
Negeri sejuta keindahan bernama Indonesia sedang diuji oleh
terpaan masalah. Lewat media pemberitaan negatif terus mengalir deras. Baru
seminggu berita bahagia pembebasan tawanan di filipina menjadi penyegar mata,
namun itu semua hanya bertahan beberap hari. Peristiwa yang menguras airmata
kembali hadir. Di sudut lain Indonesia, gadis berusia 14 tahun harus kehilangan
nyawa. Pilu memang ketika pemberitaan tersebut menjadi viral di dunia maya. Awalnya tak percaya menyangka berita itu hanya hoax semata. Tidak memerlukan waktu 24 jam.
Pemberitaan di televisi menyiarkan kejahatan paling keji. Di mata dunia,
Indonesia yang terkenal dengan penduduk ramahnya harus menelan pil pahit
menyaksikan peristiwa memilukan. Kejadian tersebut semakin menambah deretan
citra negatif di tanah air.
Generasi muda Indonesia berperan mengurai benang kusut
permasalahan yang terjadi di bumi pertiwi. Tapi sungguh disayangkan. Oknum
penerus negeri bertindak sebaliknya. Kasus pelecehan berujung pembunuhan oleh
14 pemuda merusak semangat memperbaiki negeri. Tamparan keras bagi semua komponen
bangsa. Bahwa kejahatan seperti itu selayaknya dibumi hanguskan.
Bengkulu menjadi saksi biadabnya anak manusia yang
merenggut harga diri sekaligus nyawa seorang gadis berumur 14 tahun. Pelecehan
terhadap anak di bawah umur terus berulang, pemerintah seakan tutup mata tidak
berupaya melakukan pencegahan.
Kasus asusila yang menyeret artis dangdut ibukota bukan ending dari deretan kejahatan keji berbentuk pedofil. Wacana pemberian hukum
berat kepada pelaku tak kunjungi menemukan kepastian. Payung hukumnya pun belum
jelas. Media menyiarkan berbagai perdebatan alot mengenai hukuman paling layak
untuk pelaku pedofil.
Peran pemerintah sebagai pelindung warga negaranya kembali
dipertanyakan. Dulu, pemberitaan kasus Angline marak sekali menghiasi media. Ia
dibunuh oleh ibu angkatnya. Masyarakat berharap itu kasus keji terakhir terhadap
anak namun impian hanya sekedar impian. Semoga peristiwa YY bukan sekedar
kehebohan media guna mencari rating saja. Tindak lanjut penanganan kasusnya
harus diikuti sampai menemukan titik terang berupa keadilan.
Tak berselang setahun dari peristiwa Angline. Kasus
bombastis muncul lagi. Kali ini korbannya berinisial YY. Seorang gadis
berprestasi asal bengkulu. Menurut penuturan keluarga dekatnya. YY selalu masuk
lima besar selama bersekolah ditingkat SMP. Sungguh disayangkan. Gadis
potensial itu harus meregang nyawa dengan cara paling biadab.
Tak terbayang setan jenis apa yang merasuk ke dalam tubuh
14 pemuda tanggung tersebut. Sehingga tega melakukan perbuatan tercela kepada
siswi SMP. Bukan hanya moralnya telah hancur tapi rasa kemanusiaan mereka patuh
dipertanyakan. Pengaruh minuman keras dan video porno menjadi alasan di balik
kasus yang menimpa gadis jelita.
Sesungguhnya yang membedakan manusia dengan hewan adalah
akal. Apakah layak 14 tersangka itu disebut manusia ? Hukuman tegas bagi pelaku pedofil tak bisa ditawar lagi. Kekejaman
tersebut sudah selayaknya diberantas bahkan seharusnya dicegah sebelum
merenggut korban lagi.
Entah berapa banyak YY lainnya yang mengalami kasus serupa
hanya tidak diangkat media. Mari kita berpegangan tangan membentuk benteng
terkuat agar peristiwa keji tidak terjadi lagi. Semua komponen negeri bersatu
bersama mengatasi masalah bangsa. Jangan biarkan kasus serupa muncul kembali.
menyala untuk yuyun agil :(
ReplyDeleteAku selalu nangis tiap kali membaca berita ttg Yuyun.
ReplyDeleteTak terbayang betapa sakit fisik gadis kecil itu menjelang ajal. Pun betapa pedih hati keluarga yg ditinggalkannya.ðŸ˜.
Bang Gilang, salut deh bisa nulis sekeren ini.
Udah ala2 jurnalis gitu bahasanya 😊.
Aku selalu nangis tiap kali membaca berita ttg Yuyun.
ReplyDeleteTak terbayang betapa sakit fisik gadis kecil itu menjelang ajal. Pun betapa pedih hati keluarga yg ditinggalkannya.ðŸ˜.
Bang Gilang, salut deh bisa nulis sekeren ini.
Udah ala2 jurnalis gitu bahasanya 😊.