Kali
ketiga menginjakan kaki di tempat Sangkuriang
merasakan sakitnya patah cinta, aku juga merasakan hal yang sama. Luka di dada
seolah menjadi personifikasi dari kaldera yang sedang dituju mata.
Tangkuban
perahu, menurut cerita rakyat Sunda
merupakan bentuk kekecewaan Sangkuriang
karena ketidakmampuan mengambulkan permintaan dayang sumbi untuk membuatkannya
telaga dan perahu, karena rasa kecewa yang begitu besar Sangkuring menendang
perahunya dan membentuk sebuah gunung yang menjadi simbol cinta terlarang. Iya,
Dayang sumbi adalah ibu Sangkuriang.
Teringat
peristiwa 5 tahun lalu, kekecewaan besar melanda diriku. Satu-satunya wanita
yang pernah ku sayang harus pergi ke alam yang berbeda, ibu terkena penyakit
jantung dan meninggal bertepatan dengan hari wisudaku. Sekarang aku tinggal
dengan ayah, pria yang jarang ku sapa bukan karena kita bermusuhan tetapi rasa
canggung untuk bercerita sering kali hinggap di dada.
Tangkuban
perahu adalah tempat menumpahkan segala kesedihanku, tempat bercerita kepada Tuhan bahwa aku sebagai
hamba sedang merasakan kesakitan yang luarbiasa. Memandangi keindahan kaldera
dari setiap sudutnya seolah menjadi obat
akan kesedihan semenjak ibu tiada.
Saat
itu adalah pertama kali menginjakan kaki di Tangkuban
perahu, tepatnya 4 tahun lalu. Di tempat yang sama dengan ku berdiri sekarang.
Aku menemukan cinta pengganti ibu, dia sosok yang ramah, berjilbab dan seorang
mahasiswi doktoral jurusan psikologi meskipun umurku terpaut 5 tahun tapi
kedewasaannya membuatku merasa nyaman.
**
Pertama
kali bertemu dengannya, aku sedang meratapi kesedihan dengan memandangi
kaldera.
“Tangkuban
perahu, bukti cinta yang tak tersampaikan,“
celotek seorang wanita yang membuyarkan lamunanku.
“
Iya, terkadang cinta harus berakhir dengan cara tak terduga,“ timpalku
“Cinta
seperti apa yang membuatmu terluka begitu dalam. ? “
“Cinta
seorang ibu yang dipanggil tuhan terlebih dahulu.“
“Cinta
mampu berenkarnasi, aku doakan semoga engkau mendapatkan cinta pengganti. “
“Terimakasih
kasih atas sarannya, perkenalkan namaku Gilang.“ sebari mengulurkan tangan
“
Namaku Indah, salam kenal.“
Pertemuan
yang singkat tetapi indah,
seperti namanya. Aku percaya cinta ibu mampu berenkarnasi dalam diri Indah. Semenjak itu berusaha tidak akan pernah
meratapi kehilangan ibu, karena ku selalu percaya cinta yang terdalam mampu tersampaikan
lewat doa di setiap malam.
Setelah
bertukar nomber handphone, pertemuanku dengannya semakin sering. Getaran cinta
semakin terasa nyata. Tak perlu waktu lama untuk menyakinkan hati bahwa aku
positif jatuh cinta terhadapnya dan aku pun merasa bahwa ia memiliki getaran
yang sama.
Dalam
berbagai hal kita memiliki kesamaan, menyukai musik jazz, penggemar cerita Sherlock Holmes dan penyuka
segala hidangan mie. hanya satu perbedaan, indah adalah tipe wanita yang sangat
dekat dan penurut dengan orangtuanya berbeda 180o
dengan diriku. Aku tidak pernah berbagi cerita
bahkan untuk sekedar bertegur sapa dengan ayah, mungkin itu yang harus ku ubah.
Ayah tidak pernah punya salah hanya aku yang terlalu menutup diri semenjak
meninggalnya ibu.
Cinta
ku kepada Indah semakin tak tertahan, rasanya ia sosok yang pas untuk
melabuhkan hati dari sekian pencarian. Aku mantap untuk melamarnya sekalipun
tidak di dampingi ayah karena ia tak tahu sedikit pun tentang hubunganku dengan
Indah ditambah ia sedang
berada diluar kota mengurus beberapa bisnisnya menjadi pelengkap alasan untuk
tidak didampinginya . Rencananya setelah proses lamaran diterima aku akan
memberi tahu ayah dan mendiskusikan berbagai persiapan serta tanggal yang pas untuk
pernikahanku, semoga rencana ini menjadi awal kedekatan kembali dengannya.
Namun
yang direncanakan tidak selalu sesuai dengan kenyataan, orang tua indah
menolakku dengan alasan sudah menjodohkan putrinya dengan seorang pengusaha
yang mapan. Ku melirik wajah Indah,
ia menunduk pertanda sebuah kesedihan yang mendalam. Aku pun merasakan hal yang
sama, kesakitan kedua yang ku alami serasa menusuk tepat di dada. Aku tahu Indah tidak akan mampu
menolak keinginan orangtuanya namun disisi lain aku pun ragu apakah sanggup
bertahan dengan luka yang begitu dalam.
Ketika
berpamitan kepada Indah
dan kedua orangtuanya, aku tak sanggup menatap wajahnya, wajah wanita yang ku
cinta akan bersanding dengan pria selain aku, tak pernah terbayangkan
sebelumnya. Ku pulang dengan hati yang tak berbentuk, hancur hingga kepingan
terkecil. Tak tahu kapan akan kembali utuh.
Sesampainya
dirumah, kesedihan masih menguasai diri. ku rebahkan badan berharap bisa
terlelap tidur dan ketika terbangun kejadian malam ini hanya bagian dari mimpi.
handphone berdering pertanda sebuah
pesan singkat masuk, ku raih handphone
dan ku buka pesan itu. Sebuah nama tertera dan entah kenapa masih meninggalkan
sesak di dada, Indah
meminta maaf atas ketidakmampuan menyakinkan orang tuanya dan mengabarkan bahwa
3 bulan lagi ia akan menikah, ternyata kejadian semalam tetaplah sebuah
kenyataan yang kembali menyesakan. Semenjak kejadian itu, hampir 2 bulan aku
tak pernah pulang ke rumah lebih memilih berkelana ke tempat-tempat yang mampu
meredakan sakit di dada dan berakhir ke tempat pertama kali aku dan indah
bertemu.
***
Kali kedua menginjakan kaki di Tangkuban perahu.
suasananya tetap sama, keriuhan pengunjung dan suasana alam begitu kentara tapi
tak mampu meramaikan hatiku yang sedang dirundung duka. Entah sudah beberapa
lama aku menatap kaldera yang khas dengan kepulan asapnya, hingga ku tak sadar
belasan telepon dan sms masuk. Beberapa teman terdekat menanyakan aku dimana.
ayah yang menyuruhku pulang karena ada hal yang ingin dibicarakan dan sms
terakhir dari indah :
“Gilang,
aku pun merasakan apa yang kau rasakan. Begitu sakit ketika cinta tak bisa
disatukan tapi akan semakin sakit jika tak mampu menerima kenyataan. Bukan
tanpa usaha untuk menyakinkan orangtua agar mampu menerima dirimu. Orangtuaku terlalu teguh untuk
menjodohkanku. Tak mampu rasanya berbuat banyak karena
restunya adalah titah yang tak bisa ku tolak. Semoga engkau mendapatkan cinta
pengganti selain aku.“
Berulang
kali ku membaca pesan dari Indah,
mencari celah keikhlasan agar mampu menerima keadaan, tapi selalu menemukan
jalan buntu karena perasaan selalu saja mengambil peran. Tak terasa air mata
kedua jatuh ditempat yang sama. Jika dulu hati ini remuk karena kehilangan
sosok ibu, sekarang hati ini kembali tak berbentuk karena kehilangan sosok Indah.
“Gilang,
ternyata kau disini,“
Suara
wanita membuyarkan lamunan, suara yang sangat ku kenal. Perlahan ku tenggokan
kepala dan ternyata wanita itu indah.
“Indah
kenapa kamu disini ? “
“Aku
mencarimu kemana-mana dan akhirnya menemukanmu disini.“
“Ada
perlu apa kau mencariku ?, bukankah sudah jelas bahwa kita tidak bisa bersama.“
“Kita
bisa bersama namun dengan hubungan yang berbeda.“
“
Apa maksudmu, indah? “
“Mungkin kau akan
mengerti bila membaca ini,“ Indah
pergi sebari menyeka air matanya.
Surat
undangan pernikahan ungu dengan aksen mewah terjatuh di tanah, kemudian ku baca
dengan seksama. Tersirat di kepala rasa penasaran, dengan siapa Indah akan menikah.
Perlahan ku baca dan ternyata...
“
Gilang, sedang apa kau disana
?
Ayo kita segera pulang sudah mulai sore,“
. Suara Ayah membuyarkan nostalgia singkat tentang cinta terdahulu.
“Iya yah, sebentar lagi,“
“Ayah
dan Ibu menunggu kamu dimobil, jangan terlalu lama. Ibumu sedang hamil tak baik
jika kita pulang terlalu malam “
Dari
kejauhan ku lihat Ayah pergi menggandeng wanita yang harus ku panggil ibu. Dia
cinta pertamaku, Indah.
Masa
lalu mengajarkanku bahwa cinta akan pergi dan kembali, sekalipun dalam keadaan
yang jelas berbeda. Tangkuban perahu merupakan bukti bahwa ada beberapa cinta
yang tak mungkin bersatu , namun tidak harus dijadikan penyesalan tetapi pahami
sebagai sebuah pelajaran kehidupan.
Wow...cinta. Selalu ada yang terluka karenanya. Tetapi cinta adalah sebuah magnet yang tak bisa dihindari untuk kita kembali..kembali berurusan dengannya.
ReplyDeletekalau sad ending tentang cinta, rasanya sediiih, js baper
ReplyDeleteAyahnya jalan sama mantan gebetan anaknya? #wuihhh
ReplyDeleteAyahnya jalan sama mantan gebetan anaknya? #wuihhh
ReplyDeleteiya bikin Baper
ReplyDeleteini kisah nyatakah gilang
atau fiksi? atau fiksinya 20% kisah nyatanya 80%?
yang mana?
Bingung bang... Indah dah hamil, tp undangannya Baru sampe tangan gilang ?
ReplyDeletecinta menjadi inspirasi abadi untuk diceritakan dlm brbgai kisah
ReplyDelete"Gile lu Ndro" kata om Kasino
ReplyDeletemantab abis Lang kisahnya ..
Bang hatiku ikutan sakit... (baper mode on)
ReplyDeleteBang hatiku ikutan sakit... (baper mode on)
ReplyDelete