Di era
kekinian gadget ibarat anggota badan
tambahan, sulit sekali untuk dilepaskan. Zaman dahulu kala teknologi diciptakan untuk memudahkan aktivitas manusia. Tidak
terbayang bila kita masih menulis melalui media batu, tak ada
status galau, online shop atau pria
gombal penebar kata maut. Terbayang sukarnya update status di media batu, memahat kepingan kata mengeluarkan ekstra
tenaga. Menulis novel pun menjadi pekerjaan mematikan, menorehkan kata dalam ratusan bongkah batu,
novel selesai nyawa melayang.
Penemuan demi
penemuan tercipta hingga tibalah masa digital. Menulis tidak lagi menjadi
pekerjaan sulit, bongkahan sedimen keras bukan lagi media menggoreskan kata. Tak
hanya memudahkan menulis, teknologi hadir menyederhanakan segala hal. File atau data, kosakata biasa. Berbagai
bentuk “Kebutuhan pokok” era digital terangkum dalam bentuk file.
Dulu ketika
aku SMP, penyimpanan data masih berbentuk disket yang memiliki kapasitas 1,2 Mega Byte cukup untuk menampung ratusan halaman
data berbentuk tulisan namun sangat kurang untuk menyimpan koleksi lagu galau
kalian, eh lagu galau aku saja 8 Giga
Byte loh. Maaf maaf, rasa galau tidak untuk disombongkan. Teknologi melesat
cepat, media penyimpanan file sudah
menyampai satuan Yotta Byte. 1 YB
= 1 juta Giga Byte. 150 juta drama korea akan tertampung dengah mudah.
Di balik
kelebihan penyimpanan data luarbiasa, ada celah bahaya mengintai. Terutama jika
menyimpan data rahasia bersifat pribadi. Sesungguhnya setiap file/data dalam berbagai gadget tidak bisa terhapus secara permanen. Menghapus
data jika diibaratkan hanya menyobekan judul buku tapi isi bukunya tetap ada
tak akan bisa hilang. Pakar teknologi tak kesulitan untuk mengembalikan data
yang sudah terhapus, bahkan central intelligence
agency (CIA) Amerika untuk menghilangkan file rahasianya dengan cara menghancurkan hardisk lalu membuangnya.
Apakah itu menghilangkan file di
dalamnya?, tenyata tidak. Seseorang yang ahli dalam bidang teknologi mampu mengembalikan
file tersebut secara utuh.
Manusia pun
punya penyimpanan file-file kehidupan
bernama otak, kisah mantan, keburukan masa lalu tersimpan rapi di dalamnya.
Hanya Allah yang mampu menghilangkan file
di otak hambanya. Orang amnesia tak kehilangan file, ia hanya lupa menyimpannya karena suatu kejadian. Perlakuan tidak
mengenakan terpatri jelas dalam ingatan, tentunya kita tak ingin tersimpan
sebagai kenangan buruk dalam “hardisk”
setiap orang.
Menjadi
kenangan manis dalam file manusia tentu baik namun lebih baik menjadi catatan indah di
mega serverNya.
makin keren 👍
ReplyDeleteMenjadi catatan terindah di mega serverNya..setuju banget
ReplyDeleteMenjadi catatan terindah di mega serverNya..setuju banget
ReplyDeleteWow, jaman dulu ada cerita penulis novel selesai nyawa melayang? 0-(
ReplyDeleteKeren, yah... hehehe menarik...
ReplyDeleteBaiklah... Sekarang saya merupakan salah satu file di otakmu ya bang, hhaa
ReplyDeleteWiiihhh...siap-siap mengisi file kehidupan dengan yang baik-baiklah.
ReplyDeleteKalimat terakhir penutup tulisan.. Setuju banget
ReplyDeleteBetul ... Mpu Kanwa mati terbunuh setelah menulis kisah Baratayudha yg dianggap menyindir perang saudara di lingkup kerajaannya.
ReplyDeleteWow.... keren loh bang Gilang dan mas Heru
DeleteWah.. mas heru ahli sejarah..
DeleteNgakak banget pas bagian menulis novel diatas batu..😅😅😅
ReplyDeleteMenjadi kenangan indah :)
ReplyDeleteUntung sy belum lahir waktu menulis masih di batu ...
ReplyDeleteTernyata bisa mati setelah menulis.. Ha..
Apik tenan mas Gilang..
ReplyDelete