Guru, dulu profesi mulia itu tak pernah terlintas sedikit pun di kepala, meskipun sebagain besar keluargaku merupakan pendidik. Ayahku juga seorang guru, ia sudah mengajar dari umur 19 tahun hingga sekarang masa bakti beliau sudah 27 tahun. Waktu yang tak bisa disebut singkat. Ayahku mengajar di pinggiran kabupaten Bandung barat sekitar 40 KM dari pusat kota Bandung. Perjuangannya dalam dunia pendidikan menjadi cerminan bagi diriku. Sekarang berbagai penyakit menyerang Ayah, namun semangatnya mengajar tak pernah luntur sekalipun harus mengeluarkan suara lirih ketika menyampaikan materi pembelajaran.
Kata Mamah, dulu gaji Ayah sebagai guru hanya 40 ribu, sangat rendah dibandingkan gaji pegawai pabrik yang saat itu berkisar 200 ribu. Lambat laun pemerintah mulai memperhatikan kesejahteraannya hingga banyak sekali yang mendaftar seleski CPNS untuk menjadi seorang guru.
10 tahun lalu, Nenekku terkena tumor ganas di sekitar kaki dan memerlukan biaya ratusan juta untuk pengobatan, tanpa pikir panjang Ayah meminjam uang ke bank dengan menggadaikan SK (surat kerja), Maut menghampiri Nenek lebih cepat, uang ratusan juta tak sedikitpun menolong, ketika takdir tuhan berbicara. Ayah tak menyesali mengeluarkan uang sangat banyak untuk pengobatan Ibunya, sekalipun Mamah harus memutak otak untuk mencukupi kebutuhan dengan gaji yang kembali kecil karena potongan bank.
Sering kali Mamah berhutang ke warung hanya untuk membeli kerupuk, Aku dan adikku seolah sudah terlatih dengan keadaan penuh keterbatasan. Makan hanya dengan garam bukan hal aneh bahkan sudah menjadi kebiasaan.
Kala itu musim cengkeh, aku dan adikku yang hanya terpaut 4 tahun berinsiatif untuk memungut cengkeh-cengkeh yang berjatuhan dari pohonnya kemudian menjualnya kepada pengepul. Sebulan sudah mengumpulkan cengkeh, tiba saatnya untuk menjualnya, Alhamdulilah hasilnya lumayan. Arti bahagia aku rasakan. Es krim sudah lama tak berkenalan dengan lidah akhirnya aku dan adikku rasakan, uang sisanya kami berikan ke Mamah dan berpesan bahwa kami ingin dimasakan daging ayam.
Hidangan spesial sudah disajikan, Ayah datang setengah terkejut dengan hidangan tak biasa, Mamah menjelaskan apa yang kami lakukan. Tiba-tiba pelukan erat menghampiri aku dan adikku, Ayah memeluk sebari menangis meminta maaf karena belum bisa membahagiakan kami.
10 tahun berlalu, keadaan ekonomi keluarga sudah membaik sekalipun belum bisa dikatakan cukup. Mamah masih sama harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan meskipun tak sepusing dulu. Adikku tahun ini akan lulus SMK dan aku mahasiswa semester 6 yang membiayai kuliah dengan jerih payah sendiri, dulu hampir mendapatkan beasiswa bidik misi (Beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu namun berprestasi) namun Ayah tak menyetujui karena banyak orang yang lebij berhak selain kita, kalimat itu terus terngiang.
Ayahku hingga kini masih mengajar, ditengah terpaan penyakit yang datang silih berganti. sebulan sekali harus berobat rutin, tentu saja dengan uang yang tak bisa dikatakan kecil karena BPJS hanya membiayai sebagian saja. Sering sekali airmata ini harus menetes, ketika Ayah mengerang kesakitan di tengah malam.
Saat ini aku mengikuti jejaknya meskipun dengan status freelance karena kegiatan utama masih berkuliah. Mengajar memang jauh dari kata mudah, sulit sekali membayangkan ketika Ayah mengajar sebari menahan rasa sakit.
Mamah, sosok perempuan paling tabah. Ayah, lelaki perkasa meskipun sesekali penyakit membuatnya renta,
Di tengah hening malam, ku memanjatkan doa, semoga orangtuaku dikuatkan serta diberikan makna bahagia.
"Lang, jadilah orang yang baik hati karena kebaikan akan berbalik kepada dirimu sendiri" Seru Ayah sebari tersenyum dengan tulus.
Saya bahagia menjadi guru, meski itu bukan profesi yg menjadikan kita kaya...baper lagi baca cerita gilang ttg ayah...alm bpk ku jg seorang guru...
ReplyDeleteSaya bahagia menjadi guru, meski itu bukan profesi yg menjadikan kita kaya...baper lagi baca cerita gilang ttg ayah...alm bpk ku jg seorang guru...
ReplyDeleteAyo Semangat bahagiakan ortu lang
ReplyDeleteAyah saya dulu juga guru PNS, namun sayang tidak ada banyak kenangan tentangnya yang bisa saya ingat
ibu sya guru juga. hmm, semangat bang gilang, doa anak manjur
ReplyDeletesemoga ayahnya lekas pulih amiin
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Semangaaat...!!!
ReplyDeleteKereen, semoga cita-cita bang gilang tercapai dan mampu membahagiakan kedua orangtuanya. Semangat
ReplyDeleteKok kali ini aku ngerasa terharu ya bang...
ReplyDeleteBaru kali ini aku baca tulisan kak gilang dgn perasaan yang bedaa..terharu dan entah kenapa, seketika mataku berkaca-kaca.
ReplyDeleteAhh,, sepertinya aku sangat merindukan sosok Ayah:'(
hikss,,asli baperr
semoga orangtuaku dikuatkan serta diberikan makna bahagia.
ReplyDeleteAamiin..^^
ku memanjatkan doa, semoga orangtuaku dikuatkan serta diberikan makna bahagia.
ReplyDeleteAllaahumma aamiin..
Gilang, kamu buat mataku panas menahan desakan gumpalan air garam.
ReplyDelete:'(
tersentuh...
ReplyDeleteGilang saya kira kmu konyol terus ternyata bisa begitu lembut. Kamu sukses bikin mata berkaca-kaca...
Baru kali ini aku nangis nih baca postingan Gilang.. semoga Allah memberikan kesembuhan untuk Ayahnya Gilang dan limpahan sayang untuk mamah yg sudah sangat tegar. Gilang anak baik.. :)
ReplyDeleteSo touching ðŸ˜.
ReplyDeleteJd rindu bapak ibuk di kampung.
Semoga ayah Bang Gilang cpt sembuh ya,
Aamiin...
Jadi sedih. Semangat gilang
ReplyDeleteJadi sedih. Semangat gilang
ReplyDelete