Manusia tak
pernah bisa hidup dalam kesendirian, sekuat apapun dirinya akan datang sepi yang menghampiri. Jangankan manusia, semut
pun tak pernah bisa hidup sendiri. Ia berkumpul dalam koloni untuk saling
melengkapi. Tak pernah ku temukan
seseorang yang memenuhi kebutuhannya tanpa memerlukan orang lain, membangun
rumah, membuat baju, menciptakan kendaraan dilakukan sendirian itu sebuah
kemustahilan.
Kesempurnaan
kehidupan tak semata lahir dari harta, orang paling kaya sedunia jika hidup
dalam sepi dapat dipastikan bahagia jauh dari dirinya. Nabi Adam pun pernah merasakan
perihnya bertahan dalam kesendirian sekalipun ia di berada di Surga, tempat
paling didamba seluruh manusia. Allah maha tahu isi hati hambanya, Hawa pun
tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam untuk melengkapi kehidupan dan
menjauhkannya dari rasa sepi.
Kesepian
yang pernah dirasakan Nabi Adam kini mengalir dalam diriku, sejatinya aku
mempunyai banyak teman namun kosongnya hati tak pernah alfa menghampiri. Setiap
senyuman yang terpancar dari wajah ini sekedar kamuflase untuk menutupi
kesedihan. Namaku Gilang, titisan Adam yang mencari penerus Hawa. 22 tahun
sudah aku hidup di dunia banyak kejadian pahit dan manis sudah dirasa tapi tak
ada peristiwa sepahit kehilangan dirinya.
Setahun
lalu, Gedung landmark Braga menjadi saksi perhelatan Book fair terbesar se-Jawa barat. Ribuan buku berjajar dengan rapi
seolah meminta untuk dibawa pulang, ku telusuri setiap sudut stand-stand guna mencari “Rindu” novel
terbaru Tere Liye saat itu. Mata menemukan titik fokusnya dilanjutkan ke otak
yang memerintahkan kaki untuk menghampiri sesuatu yang dicari. Hati bersorak “Rindu”
yang dicari akhirnya ditemukan dengan tulisan diskon 35%, sayang “Rindu”
tersisa satu tapi aku punya saingan untuk mendapatkannya.
Perempuan
berjilbab hijau menatap novel yang ku buru, sepertinya ia mempunyai hasrat sama
untuk memiliki. Tanganku bergerak lebih cepat menjangkau novel bercover putih itu, ia terdiam dengan rasa
kecewa yang tak bisa ditutupi, ketika tanganku lebih dahulu menggenggam novel
yang juga ia buru. Rasa tak tega hinggap di dada, di saat perempuan cantik nampak
kecewa. Jiwa lelaki menampakan diri.
“
Teh, mau beli novel rindu juga ?”
“Iya,
tapikan hanya tersisa satu yang Aa pegang”
“Yaudah
ini untuk Teteh , di tempat lain saja saya belinya”
“Beneran
ini Aa ? makasih kalau begitu. Eh Aa juga suka baca karya Tere Liye”
“Kebetulan
saya pengoleksi karya Bang Tere hanya 2 lagi karya beliau yang saya belum
punya, Pukat dan Rindu”
“Kalau
Pukat, kebetulan ada di tas dan saya sudah selesai bacanya. Kalau mau Aa boleh
pinjem kok” Diiringi senyum dengan lesung pipi hadir menyertai.
“Teteh
orang Bandung juga kan ? kalau begitu saya yang beli novel rindu tapi teteh
yang bacanya, jadi kita bertukar buku. Nggak apa-apa kan teh ?”
“Iya saya orang Bandung tak jauh dari sini rumahnya. Dengan senang hati tapi bagaimana cara saya menghubungi Aa kalau sudah selesai baca novel ini ?”
“Kalau
berkenan kita bertukar nomber HP aja”
Secarik
kertas putih bertuliskan 12 deret angka dengan pemilik bernama Aira. 3 hari
sudah wajahnya terus terbayang tak kuasa ingin menghubunginya tapi rasa malu
mengalahkan itu semua. Di tengah lamunan yang semakin dalam, suara ringtone pertanda SMS masuk memecahkan semua. Tak sangka pesan yang ditunggu datang
juga, Aira menyampaikan bahwa novel rindu sudah selesai dibaca, dirinya
ingin bertukar dengan pukat yang juga sudah ku tuntaskan.
Pertemuan
demi pertemuan selanjutnya pun datang, kami selalu bertukar buku apapun. Rasanya
tak hanya buku yang sering kami tukar, rasa berbeda bernama cinta sudah Aira
ambil dariku. Cintaku kepadanya semakin dalam, aku tak ingin dikendalikan oleh
perasaan yang belum halal. Tak mau setan mengambil peran kemudian menjerumuskan
kami dalam kenistaan. Diri ini memberanikan nyali untuk melamar Aira, secara
tersirat ia menyetujui maksud hati tapi sayang orangtuanya tak sekata dengan
Aira. Mereka menolakku mentah-mentah disertai argumen menyakitkan hati.
“Kau
hanya mahasiswa yang belum kerja, harta apa yang kau berikan agar anak saya
bahagia ?”
Ucapan
itu terus menghampiri pikiran, memang saat itu aku tak punya apa-apa. Tak ada
harta yang diandalkan sebagai nilai tawar dimata orangtuanya. Aira, anak yang
patuh, ketika orangtuanya menyuruh untuk menjauhiku, ia melakukannya sekalipun
dengan derai air mata.
Novel
rindu selalu mengingatkanku padanya, dalam novel ini masih terasa harum
parfumnya. 7 hari yang lalu sakit hati semakin menjadi ketika ku coba
mengetikan namanya di jejaring sosial facebook,
muncul foto-foto Aira sedang memakai gaun pernikahan sebari memancarkan wajah
tersenyum. Sungguh senyum paling pedih yang aku rasakan.
Aku
kehilangan semangat untuk melanjutkan hidup, saat itu tak pernah percaya lagi
bahwa cinta sempat datang padaku. Hening malam, tetesan airmata perlahan
mengalir ke pipi dalam doa meminta kepada Tuhanku untuk memberikan alasan agar
aku dikuatkan.
Allah
menjawab doa hambanya. Kala itu temanku mengirimkan file lewat media facebook, tak sepertinya biasanya yang
sering menggunakan email untuk
berkirim pesan. Jujur saja rasa trauma hadir ketika mendengar facebook, takut foto Aira bersama
suaminya tiba-tiba muncul di berandaku. Beberapa menit ku coba amati media sosial
buatan mark, tak ada tanda kemunculan Aira.
File
yang dikirimkan temanku sudah terunduh, beberapa menit aku gunakan waktu untuk
membaca artikel yang di share teman facebookku, hingga tibalah pada suatu
artikel yang mengarah ke website beralamat http://www.bangsyaiha.com/.
Ku baca artikel dengan judul “Kenal seminggu langsung diajak nikah” hasil karya
seseorang bernama Bang Syaiha. Aku terlarut dalam tulisan itu seolah
mendengarkan ceritaku sendiri namun dengan ending berbeda. Penulis bernama Bang Syaiha bertemu istrinya Teh Ella Nurhayati secara tak sengaja di acara Book fair persis seperti diriku dengan
Aira.
Menghayati
tulisan Bang Syaiha semakin dalam, akhirnya ku mencoba menguatkan diri bahwa
jodoh Allah yang tentukan, secinta apapun aku terhadap dia tak pernah bisa
bersama jika Allah tak mengijinkannya. Tuhanku maha tahu apa yang terbaik bagi
hambanya. Sekarang aku terus bertekad untuk selalu mendekatkan diri padaNya
sebari tak lelah menata keimanan agar dipantaskan. Semoga bisa seperti Bang Syaiha
yang tak sengaja bertemu jodohnya, Teh Ella Nurhayati. Ketika Allah sudah
berkendak tak ada yang tak mungkin bahkan untuk urusan cinta sekalipun.
Tulisan ini hanya fiksi belaka. Terinspirasi dari tulisan karya Bang Syaiha di http://www.bangsyaiha.com/2016/03/perhatikan-orang-orang-sekitar-karena.html
Bagus aa.
ReplyDeleteAku belum nulis GA
Bagus aa.
ReplyDeleteAku belum nulis GA
kereeen emang Gilang, top bgt deh
ReplyDeleteKeren Gilang. Bacanya sampai terhanyut ..tapi nggak ke sungai
ReplyDeleteSaking kerennya, lagi-lagi, ketepu kebaperan penulisnnya... kirain beneran. Udeh mau kasih calon pengganti tadinya, gak jadilah.. :P
ReplyDeletekehendakNya boleh jadi tak sesuai ekspektasi manusia, tapi apa yg terjadi sudah pasti, itulah yang terbaik versiNya meski kadang tdk demikian menurut kita.. Allah memang lbh tau apa yg terbaik untuk kitaa:)
ReplyDeleteceritanya bikin baperrrr...
Kapan ada book fair lagi di sana. Mau datang ah.
ReplyDeleteSaya sudah baca..
ReplyDeleteSaya sudah baca..
ReplyDeleteCeritanya Joss gandhoss mas Gilang...
ReplyDeletekeren mas Gilang.. kirain tadicerita nyata..^^
ReplyDeletesaya pikir itu asli
ReplyDeletetaunya fiksi
cantik :D
hampir baper karena penghayatan yang terlalu dalam :D
Jiah, fiktif. Anda berhasil membuatku salah menerka. :D
ReplyDeleteAcciieee... Aa Gilang
ReplyDeleteWow sungguh muantappp nih.
ReplyDeleteKeren!
ReplyDeleteternyata banyak juga yg ketipu... huhu... ternyata fiksi...
ReplyDeleteEmang yah, kalau dah nulis itu imajinasinya suka kemana-mana kadang sulit membedakan yang real ama khayalan semata hehhehe..
ReplyDeleteAku jg ketipu, kirain nyata ...
ReplyDeleteKeren bgt mas Gilang
Untung baca dari bawah, jadinya nggak ketipu. :P
ReplyDeleteGak tau mau komen apa.. #lhoh
ReplyDeleteGak tau mau komen apa.. #lhoh
ReplyDeletedalam doa meminta kepada Tuhanku untuk memberikan alasan agar aku dikuatkan.
ReplyDeleteBagus...
APA? Cuma fiksi? Padahal udah terbang kemana-mana imajinasi ini, ah, ya sudahlah.
ReplyDeleteKalau baca tulisan kang Gilang suka bikin kesengsem dengan gayanya... euleuh-euleuh mantaap...
ReplyDeleteKalau baca tulisan kang Gilang suka bikin kesengsem dengan gayanya... euleuh-euleuh mantaap...
ReplyDeleteKalau baca tulisan aa gilang selalu berakhir dengan senyum sendirian..
ReplyDeleteHampir saja air mataku jatuh, tapi akhirnya batal... Aku tertipu dengan keindahan kata yang hanya fiksi belaka.. Keren.. pake banget.. Anda berhasil menipu saya juga, hahahahaha... ^___^ Suka tulisan-tulisannya Kang Gilang..
ReplyDeleteFiuhh... Senam jantung... Alhamdulillah fiktif
ReplyDeleteMasya Allah, awalnya terharu bacanya, eh ternyata fiktif, hehe..
ReplyDeleteOya selamat tulisannya menang.. :)