Hujan selalu datang diawal januari, seolah ia tak mau ingkar dari hukum alam yang sudah semestinya terjadi. Aku nychken gilang, aku lahir di tanggal 23 januari. Iya, diantara hujan dan rintik yang menemani ku lahir ke bumi. Suara adzan dari kakek adalah suara yang pertama kali aku dengar, sesudah suara seorang ibu yang menyapa dengan lirih dan syahdu “alhamdulilah”.
Rintik pertama, rintik kedua, rintik ketiga dan berjuta rintik selanjutnya turun ke bumi, ku tatap satu persatu rintik, ku berpikir sejenak “kenapa hujan tak pernah merasa sakit meski terjatuh dari langit” pikiran polos bocah berumur 3 tahun pun terlintas.
Aku lahir diantara hujan, hujan adalah suara merdu ketiga yang pernah di dengar telingaku. Aku suka hujan bahkan untuk setiap tetesnya adalah keabadian, seperti yang pernah ku dengar di pelajaran geografi tentang air dan hujan, “ apakah jumlah air di dunia ini tetap ? “ seru guru, “tetap” timbalku, “ kenapa tetap ? “, ku mencoba menjelaskan dengan pemahaman yang masih terbatas dan mengakhiri dengan kalimat “ hujan adalah makhluk tuhan, yang ketika naik memberi manfaat dan ketika turun pun memberikan manfaat”. Untuk kesekian kalinya ku berkata, aku suka hujan bahkan untuk setiap rintiknya, aku suka. tapi kenapa beberapa orang tidak suka hujan, beberapa orang bahkan mencela hujan, mereka mencela hujan bagai seorang koruptor yang merampas hak-haknya. Apakah karena hujan membuat banjir? , apakah karena hujan jadi sulit beraktifitas?, apakah karena hujan ikan-ikan mereka mati ?. persis seperti ketika tersandung batu, mereka marah dan menyalakan batu. Walaupun hujan dianggap bersalah, apakah setitik ketidaknyamanan yang disebabkan oleh hujan, menghilangkan rasa syukur atas segala manfaat yang telah ia berikan secara ikhlas ?. cukup, jangan hina lagi hujanku.
Banyak pertanyaan ku tentang hujan bahkan teramat banyak untuk satu kata bernama hujan, kenapa ketika hujan turun kenangan masalalu terlukis kembali dari gemercik airnya ?. kenapa hujan terbagi menjadi beberapa tetesan ketika terjatuh ?. kenapa hujan ketika terjatuh tidak pernah merasa sakit ?. untuk pertanyaan ketiga memang terlihat konyol, tetapi hanya pertanyaan itu yang perlahan mampu ku jawab. Kenapa hujan ketika jatuh tidak pernah merasa sakit ? karena ketika ia terjatuh, ia jatuh bersama tetesan lainnya yang saling menguatkan. Ia jatuh kedunia tidak sendirian, ia jatuh bersama tetes lainnya yang saling menguatkan. Temannya tidak pernah meninggalkannya ketika terjatuh bahkan rela ikut bersamannya. sungguh beruntung kau hujan, aku iri terhadapmu.
Aku lahir bersama hujan dan aku pun ingin seperti hujan. Seperti hujan yang tak pernah sombong, ketika berada diatas dan menjelma menjadi awan yang mengawasi setiap manusia. Seperti hujan yang tak pernah mengeluh, ketika disuruh jatuh kebumi untuk memberi manfaat bagi manusia yang terkadang mencela.seperti hujan yang setia berhadap kawan.
Rintik pertama, rintik kedua, rintik ketiga dan berjuta rintik selanjutnya turun ke bumi, ku tatap satu persatu rintik, ku berpikir sejenak “kenapa hujan tak pernah merasa sakit meski terjatuh dari langit” pikiran polos bocah berumur 3 tahun pun terlintas.
Aku lahir diantara hujan, hujan adalah suara merdu ketiga yang pernah di dengar telingaku. Aku suka hujan bahkan untuk setiap tetesnya adalah keabadian, seperti yang pernah ku dengar di pelajaran geografi tentang air dan hujan, “ apakah jumlah air di dunia ini tetap ? “ seru guru, “tetap” timbalku, “ kenapa tetap ? “, ku mencoba menjelaskan dengan pemahaman yang masih terbatas dan mengakhiri dengan kalimat “ hujan adalah makhluk tuhan, yang ketika naik memberi manfaat dan ketika turun pun memberikan manfaat”. Untuk kesekian kalinya ku berkata, aku suka hujan bahkan untuk setiap rintiknya, aku suka. tapi kenapa beberapa orang tidak suka hujan, beberapa orang bahkan mencela hujan, mereka mencela hujan bagai seorang koruptor yang merampas hak-haknya. Apakah karena hujan membuat banjir? , apakah karena hujan jadi sulit beraktifitas?, apakah karena hujan ikan-ikan mereka mati ?. persis seperti ketika tersandung batu, mereka marah dan menyalakan batu. Walaupun hujan dianggap bersalah, apakah setitik ketidaknyamanan yang disebabkan oleh hujan, menghilangkan rasa syukur atas segala manfaat yang telah ia berikan secara ikhlas ?. cukup, jangan hina lagi hujanku.
Banyak pertanyaan ku tentang hujan bahkan teramat banyak untuk satu kata bernama hujan, kenapa ketika hujan turun kenangan masalalu terlukis kembali dari gemercik airnya ?. kenapa hujan terbagi menjadi beberapa tetesan ketika terjatuh ?. kenapa hujan ketika terjatuh tidak pernah merasa sakit ?. untuk pertanyaan ketiga memang terlihat konyol, tetapi hanya pertanyaan itu yang perlahan mampu ku jawab. Kenapa hujan ketika jatuh tidak pernah merasa sakit ? karena ketika ia terjatuh, ia jatuh bersama tetesan lainnya yang saling menguatkan. Ia jatuh kedunia tidak sendirian, ia jatuh bersama tetes lainnya yang saling menguatkan. Temannya tidak pernah meninggalkannya ketika terjatuh bahkan rela ikut bersamannya. sungguh beruntung kau hujan, aku iri terhadapmu.
Aku lahir bersama hujan dan aku pun ingin seperti hujan. Seperti hujan yang tak pernah sombong, ketika berada diatas dan menjelma menjadi awan yang mengawasi setiap manusia. Seperti hujan yang tak pernah mengeluh, ketika disuruh jatuh kebumi untuk memberi manfaat bagi manusia yang terkadang mencela.seperti hujan yang setia berhadap kawan.
N.GILANG
Post a Comment